Akhirnya saya punya waktu untuk menulis lagi. Bisa jadi ada yang kemudian akan mengatakan, “ini tulisan aneh karena dimulai dengan kata ‘akhirnya’.” Tapi, ya sudahlah. Saya hanya ingin sekedar menulis sebuah catatan kecil untuk teman-teman saya di Komunitas KAHE Maumere.
Komunitas yang bukan hanya menyimpan banyak cerita, tetapi juga menyimpan banyak hal luar biasa. Komunitas yang dengan caranya kemudian bisa menjadi rumah tempat para seniman di kota Maumere dan sekitarnya berkumpul.
Saya sangat beruntung ketika laman facebook saya menunjuk kepada kenangan 25 Oktober 2015 pukul 08.15. Dede Aton menandai saya dalam sebuah postingan yang diberinya judul “Di Bawah Langit Malam 24 Oktober”.
Dia menceritakan peristiwa yang terjadi di malam sebelumnya ketika ia bertemu dengan dua orang senior Valentino Luis dan Hironimus Huku Lejap – yang selama ini hanya menjadi rekan berbincang di fan page facebook Sastra Nian Tana.
Di malam itu, lahirlah KAHE. Ketiga lelaki itu lalu membangun komitmen awal untuk mengembangkan grup yang lahir di dunia maya ini agar bisa lahir sebagai sebuah kelompok di dunia nyata.
Ada mimpi untuk membuat diskusi, pementasan, dan terjun ke sekolah; selain mimpi untuk membuat KAHE menjadi tempat merawat karya anggota kelompok ini dengan penerbitan antologi karya bersama.
Malam 24 Oktober 2015 adalah malam yang tentu akan terus menjadi kenangan. Sayangnya, ketika waktu menjelma 24 Oktober 2019, peristiwa empat tahun yang lalu itu hampir saja dilupakan.
Saya – yang masih diizinkan ada di dalam WA Grup KAHE – terkejut ketika salah seorang anggota grup tiba-tiba menulis, “Selamat ultah KAHE (kemarin). Panjang usia n makin kompak e,.”
Lalu anggota grup yang lain mulai saling menyahut menyampaikan selamat ulang tahun dan kesadaran bahwa malam kelahiran KAHE hampir saja terlewatkan tanpa doa dan ucapan selamat.
Apakah memang KAHE dan para seniman yang menggabungkan diri di dalamnya harus mulai perlahan melupakan malam itu karena semua mimpi sepertinya telah menjadi kenyataan?
Empat tahun berlalu. KAHE masih balita. KAHE masih terus ingin belajar. KAHE belum apa-apa. Maka, ulang tahun yang hampir saja terlupakan mesti membangun kesadaran baru untuk tidak selalu puas dengan pencapaian selama ini. KAHE bukan lagi milik seniman sastra, pencinta sastra.
Sampai hari ini – sejauh saya tidak salah – hampir semua seniman dari genre seni apapun memilih untuk menjadi bagian dari KAHE.
Barangkali mimpi para founding fathers sudah tergapai sampai sejauh ini. Tapi, sebagai bagian dari peradaban, KAHE akan terus bermimpi lagi dan lagi. Setidaknya MAUMERELOGIA yang kini memasuki tahun keempat menjadi kesempatan yang baik bagi KAHE untuk merenungkan mimpi-mimpinya. Ada saat untuk mengambil jarak dan sejenak merenung atas perjalanan selama ini, dan kemudian menentukan langkah perjalanan selanjutnya.
KAHE dan MAUMERELOGIA adalah sepasang ayah/ibu – anak, yang akan terus menjadi karib sampai kapanpun. Ada banyak yang berubah dalam perjalanan waktu ini, tetapi tentu jangan sampai kemudian ulang tahun yang hampir terlupakan ini membuat KAHE melupakan cita-citanya yang tentu bukan hanya sekedar mimpi di malam 24 Oktober 2015. Ada banyak mimpi baru yang ingin diperjuangkan.
Saya sadar benar, semakin hari berlalu, semakin usia bertambah, KAHE akan terus dituntut untuk terus juga membaharui diri. Selamat ulang tahun KAHE, terima kasih untuk mimpi dan cerita yang terus dibagikan dari waktu ke waktu.
Semoga saja, KAHE akan terus bertahan sampai waktu yang entahlah. Teruslah memekik dengan sorak paling berani. Jangan pernah takut memekik dan berteriak riuh memberi catatan kritis atas hidup siapapun, meski bisa saja suatu waktu ada orang yang punya uang dan ingin membeli pekikan itu untuk kepentingan mereka.
dari lantai 8 Tower Polimedia Kreatif Jakarta
Yohanes F.H. Maget