Derita Warga Desa Waka di Ende: Tak Punya Listrik, Akses Jalan yang Rusak, dan tak Ada Sinyal

Ende, Ekorantt.com – Desa Waka di Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende masuk dalam kategori desa yang masih terkebelakang. Sungguh sebuah cerita kelam ketika Indonesia berlangkah pada usia yang ke-74.

Ketika banyak tempat sudah menikmati akses listrik, desa di pantai utara Ende ini hanya bisa pasrah bantuan pelita dan generator. Listrik negara belum masuk ke desa berpenduduk 542 jiwa ini.

“Kalau malam kami pakai generator. Listrik PLN belum ada. Yah, kalau solar habis, kami pakai lampu pelita,” ungkap salah satu warga yang tidak mau namanya dikorankan beberapa waktu lalu.

Listrik belum masuk, apalagi sinyal Handphone. Untuk berhubungan dengan orang di belahan dunia lain, warga desa harus pergi ke desa lain yang punya jaringan sinyal.

Parahnya akses jalan ke Desa Waka menambah penderitaan warga desa. Desa Waka berjarak 12 kilometer dari Aemuri, pusat Kecamatan Wewaria.

Perjalanan ke sana lebih nyaman dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh 3 jam perjalanan dari Aemuri. Jika menggunakan kendaraan roda dua maka pengendara harus ekstra hati-hati karena kondisi jalan rusak dan beberapa titik jalan masih berlantai tanah.

“Jika musim hujan, motor sudah tidak bisa lewat karena jalannya berlumpur. Dari dana desa, kita baru kerja rabat 800 meter. Masih 9 Kilo meter yang rusak parah,” tutur Karolus Aryanto, tokoh masyarakat Desa Waka.

Menurutnya, Dana Desa selama ini fokus pada pembukaan jalan dari Desa Aemuri menuju Desa Waka. Dengan jarak 12 kilometer pihaknya berharap selain dana desa, pemerintah daerah mengintervensi dana untuk peningkatan jalan tersebut.

“Ini jalan baru tembus tahun 2017. Dulu kita lewat laut semua. Tapi juga sulit saat musim tenggara karena gelombang tinggi,” kata Karolus.

Karolus Aryanto

Masalah akses jalan yang rusak berbuntut pada macetnya kegiatan masyarakat. Bahkan, hal ini berdampak pada runyamnya akses kesehatan warga desa.

“Kalau ada warga yang sakit terpaksa kita antar pasien lewat laut. Nanti kami turunnya di Ropa di Kecamatan Maurole. Tapi kalau musim gelombang terpaksa kita pikul  untuk antar ke Puskesmas Welamosa,” ungkap Karolus.

Belum lagi, masalah Puskesdes tidak didukung oleh keberadaan tenaga kesehatan. Puskesdes yang ada tidak memiliki tenaga kesehatan baik bidan maupun perawat.

“Dulu ada bidan. Anak-anak kami di kampung sini. Tapi setelah dia menikah, dia sudah ikut suaminya. Sehingga kami butuh bidan. Kalau ada warga yang sakit, kami sangat kesulitan untuk bawa ke Puskesmas Welamosa,” kata stef salah satu Warga Waka kepada Ekora NTT.

Ansel Kaise

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA