Jakarta, Ekorantt.com – Kehadiran kewirausahaan sosial selalu membawa oase segar di tengah pergerakan dunia ekonomi modern yang cenderung berbasis profit semata. Bukanlah hal yang mudah membawa misi sosial sembari menjalankan sisi bisnis yang berimbang demi keberlangsungan usaha.
Keseimbangan ini hadir dalam bentuk wirausaha lokal bernama Du’Anyam. Bukan hanya mampu mengawangi usaha produksi dan distribusi produk anyaman lokal budaya Indonesia, Du’Anyam juga konsisten dalam usaha mengatasi masalah ketimpangan sosio-ekonomi di NTT.
Konsistensi Du’Anyam terbukti dari usianya yang menginjak tahun ke-5 pada tahun 2019. Sebagai wujud syukur atas perjalanan ini, Du’Anyam merayakan acara ulang tahun bertajuk “Menganyam Bersama Du’Anyam dan Pemberian Makanan Tambahan bagi Perempuan Flores Timur” pada tanggal 30 November 2019.
Berlokasi di Pulau Solor, Flores, acara “Menganyam Bersama” merupakan apresiasi tertinggi terhadap para penganyam. Dihadiri oleh lebih dari 550 ibu penganyam dari 30 desa sekitar Flores Timur dan para pemangku kepentingan pengembangan produk anyaman, agenda acara bukan hanya pada syukuran ulang tahun semata, tetapi juga menitikberatkan pada semangat menganyam dan nilai-nilai pelestarian keterampilan menganyam.
Sesuai dengan visi Co-Founder dan Direktur Pengembangan Komunitas Du’Anyam, Hanna Keraf, esensi kegiatan “Menganyam Bersama” ini adalah untuk menularkan semangat mandiri mama-mama penganyam ke seluruh Indonesia melalui kegiatan menganyam, khususnya perempuan muda Flores Timur dan regenerasi komunitas penganyam NTT.
Dukungan suara-suara optimis penganyam seperti Mama Vero Manuk dari Desa Wulublolong juga terus mengalir. “Mama-mama yang anyam makin banyak sekarang dan banyak yang mulai senang lagi untuk menganyam”, ujarnya.
Tercatat, mitra penganyam Du’Anyam sudah berkembang dari awal puluhan penganyam hingga 1.000 ibu-ibu penganyam dalam 5 tahun ini.
Susunan kegiatan “Menganyam Bersama” sendiri banyak mengambil inspirasi dari budaya lokal asli dengan nilai-nilai edukatif. Aksi teater “Koli Tepo” oleh anak-anak Pojok Literasi Wulublolong sarat dengan ajakan agar merawat budaya menganyam sebagai harta nenek moyang yang paling bernilai, sedangkan dongeng lokal dari Romana Dane Namang yang berusia 4 tahun juga tidak jauh dari pesan yang sama.
Selain aksi panggung yang menarik dengan kegiatan menganyam bersama, juga ada kegiatan pemeriksaan kesehatan ibu-ibu penganyam.
Kurang lebih 40 tahun lalu, menganyam adalah keterampilan wajib bagi seorang perempuan Flores. Menganyam tidak kalah pentingnya dengan keahlian berkebun atau memasak di dapur, sehingga anak usia TK dan SD sudah harus tahu cara menganyam berbagai wadah.
Walaupun sudah menjadi bagian dari kearifan lokal, kehidupan modern di masyarakat menyebabkan minimnya keahlian menganyam di NTT dalam beberapa dasawarsa ini.
Untuk melestarikan suatu budaya, dibutuhkan dukungan masif dari seluruh pemangku kepentingan, yaitu para penganyam, para pembeli, pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Dengan bangkitnya semangat menganyam, eksistensi perempuan akan semakin dihargai atas kemampuannya untuk mandiri secara ekonomi.
Secara statistik, pendapatan mitra ibu-ibu pengayam Du’Anyam meningkat hingga 40% melalui menganyam, dan sebanyak 55% memiliki tabungan dalam bentuk arisan atau simpanan.
Bagi Du’Anyam, yang juga terpilih sebagai official merchandiser Asian Games 2018 silam, prioritas utama adalah keberlangsungan kerajinan anyaman dan kesejahteraan ibu-ibu penganyam di Indonesia.
Dengan target 3.000 penganyam dalam lima tahun ke depan dan misi mendobrak akses pasar global yang semakin luas, Du’Anyam akan terus mengibarkan semangat dan meneruskan komitmen pelestarian kerajinan anyaman Indonesia
Untuk diketahui, Du’Anyam adalah kewirausahaan sosial yang memproduksi dan mendistribusikan kerajinan anyaman untuk pemberdayaan perempuan, mempromosikan budaya lokal, serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak di daerah terpencil Indonesia.
Du’Anyam memulai kegiatan pertamanya di Flores Timur pada tahun 2014 dengan anyaman berbahan baku daun lontar.
Tahun 2019, Du’Anyam telah mengembangkan sayapnya ke beberapa daerah lain termasuk Kalimantan Timur dan Papua.
Tim Dua’nyam