Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK. M. Pd*
Sejak bulan Maret hingga kini, wabah Covid-19 belum juga ada tanda-tanda akan berakhir. Mau tidak mau, suka atau tidak, kita terpaksa masuk dalam masa yang belakangan lumrah diucapkan sebagai new normal. New normal merupakan pola hidup baru yang berbeda dari sebelumnya, dan kalau boleh penulis sebut sebagai habitus baru.
New normal itu sendiri mengacu pada penyesuaian atau perubahan perilaku dalam beraktivitas. Perubahan perilaku itu berkaitan dengan penerapan protokol kesehatan demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Protokol kesehatan memuat sejumlah imbauan seperti jaga jarak/hindari kerumunan, pakai masker, dan jalani pola hidup sehat dengan mencuci tangan.
New normal berlaku juga dalam dunia pendidikan. Untuk konteks Indonesia, penerapan new normal butuh pertimbangan matang dan tidak boleh menjadi kebijakan yang tergesa-gesa. Mengapa? Selain rendahnya kesadaran, kurva Covid-19 belum menunjukkan gejala yang positif.
Dengan alasan di atas, pilihan belajar dari rumah masih jadi salah satu pilihan yang rasional. Metode belajar dari rumah, baik dengan online maupun dengan tatap muka, memiliki esensi yang sama. Apakah itu belajar Daring (dalam jaringan) atau belajar Luring (Luar Jaringan), tetap punya roh yang sama yakni belajar.
Yang namanya belajar tidak mengenal waktu, tempat, yang berarti kapan saja dan di mana saja dan bahkan bersama siapa saja. Belajar bisa dari buku, dari internet, dari guru, dari orang tua, dari makhluk hidup, dari alam lingkungan sekitar, dan dari pengalaman. Apapun situasinya, tentu tidak akan menghalangi si pembelajar untuk belajar.
Belajar Dari Isaac Newton
Wabah Yersinia Pestis melanda Eropa pada tahun 1665 hingga tahun 1666. Aktivitas lumpuh total. Sekolah dan kampus tutup. Para pelajar tak bisa keluar rumah. Mereka hanya bisa ‘belajar dari rumah’. Tak terbayangkan oleh generasi sekarang, seperti apa model belajar dari rumah zaman itu. Tidak ada jaringan internet, handphone, dan fitur teknologi lainnya seperti sekarang.
Adalah sosok Isaac Newton, melihat ‘belajar dari rumah’ bukan sebagai halangan. Malah sebaliknya, ia semakin punya banyak waktu untuk menerapkan discovery learning. Ia berlanglang buana, menemukan hal-hal baru. Berada dari rumah tidak membuat dirinya malas tapi justeru membuat dia menemukan banyak inspirasi.
Ada sebuah pengalaman menarik yang dialami Isaac Newton. Ia biasa duduk di bawah sebuah pohon apel di depan rumahnya. Saat buah apel jatuh, ia bertanya-tanya: kira-kira mengapa buah apel jatuh ke bumi?
Bermula dari pengalaman sederhana ini ia berhasil mengembangkan teori gravitasi. Bahwa kekuatan gravitasi tidak terbatas pada jarak tertentu dari bumi saja, tetapi bisa meluas jadi lebih jauh. Jadi, gaya gravitasi ini jugalah, yang membuat sebuah apel bisa jatuh dari pohon ke tanah. Atau dengan singkat teori gravitasi menyatakan bahwa setiap benda di bumi akan jatuh ke bawah.
Teori ini kemudian diakui dunia hingga sekarang. Teori gravitasi juga membuat Isaac Newton dikenal sebagai ilmuwan dunia.
Wabah Yersinia Pestis dan apa yang dialami oleh Isaac Newton mirip dengan apa yang dialami peserta didik saat ini di tengah meluasnya wabah corona. Para peserta didik terpaksa harus ‘belajar dari rumah’. Tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Lalu apa yang bisa dilakukan? Sama seperti pengalaman Isaac Newton, peserta didik harus memahami makna belajar. Belajar merupakan kegiatan mencari ilmu dan pengetahuan. Aktivitas belajar tak mengenal waktu dan tempat, kapan saja, di mana saja dengan siapa saja dan dalam situasi apa saja. Artinya, ketika wabah corona melanda, peserta didik tak perlu putus asa. Jangan sampai wabah corona membuat peserta didik malas untuk belajar, malas untuk berkreasi, malas untuk berpikir, atau berhenti untuk belajar.
Pesannya adalah bahwa Isaac Newton menemukan teori gravitasi bukan pada saat ia berada di laboratorium di kampusnya, melainkan justeru di laboratorium alam di rumahnya, saat ia dirumahkan akibat wabah besar Yersinia Pestis di London Inggris.
Dalam arti yang lebih luas belajar adalah aktivitas seumur hidup, bukan saja di sekolah dan kampus. Pemahaman seperti ini diakomodir dalam konsep ‘merdeka belajar’ sebagaimana yang digagas Mendikbud.
Salah satu intisari gagasan “merdeka belajar” yakni dari peserta didik yang pasif menuju peserta didik yang aktif. Sistem pembelajaran yang awalnya cenderung di dalam kelas berubah menjadi sistem pembelajaran yang bisa dilakukan juga di luar kelas. Hal ini akan memantik peserta didik untuk mencari dan mendalami sesuatu secara mandiri dan kreatif.
Akhirnya, seperti Isaac Newton menemukan teori gravitasi saat belajar dari rumah di tengah wabah Yersinia Pestis, peserta didik sekarang juga harus punya semangat yang sama. Teruslah belajar dalam kondisi apapun. Dan jadilah Isaac Newton masa kini.
* Kepala Sekolah SMPK Frateran Ndao-Ende