Maumere, Ekorantt.com – Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Nipa Indonesia Maumere menggandeng Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Spiritu Santo Misir (OMK Passir) Keuskupan Maumere menggelar talksohow pada 20 Maret 2021 lalu.
Dengan mengusung tema ‘Pantang Hoaks’, talksohow ini menghadirkan Gery Gobang dan Mayelus D. Bastian sebagai pemateri. Acara ini dipandu oleh Rini Kartini.
Turut hadir Pastor Paroki Misir, Romo Deodatus Du’u, Moderator OMK, Romo Agustinus Pitang, Ketua OMK, Fransiskus Xaverius Vandy, anggota OMK Passir, dan para mahasiswa/mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Unipa Indonesia.
Dalam sambutannya Pastor Paroki Misir, Romo Datus Du’u mengatakan dengan tegas menolak hoaks dan mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan.
“Sebagai pastor paroki saya sangat bangga akan kreativitas para kaum muda yang sangat mengedukasi masyarakat dengan adanya kegiatan ini. Terima kasih juga kepada para narasumber yang hadir, bapak ibu dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi serta semua mahasiswa yang juga hadir,” ujarnya.
Mayelus D. Bastian dalam materinya mengemukakan, kekuatan jari mampu mengubah tatanan dunia saat ini. Gadget menjadi kawan sejati seluruh umat manusia.
Mayelus menegaskan, tanpa disadari manusia lebih kuat berinteraksi di dunia maya ketimbang dunia nyata.
Sementara Gery Gobang mengatakan, sekarang manusia masuk pada era industri 4,0 yang akan beralih lagi pada era industri 5,0 dengan generasi X, Y, dan Alfa yang bervariasi setiap tahun.
“Hoaks yang memang sudah sangat meresahkan generasi sekarang. Hoaks sendiri juga berasal dari negara Inggris di era tahun 60-an. Bagi para pesulap, istilah yang dipakai bukan hoaks melainkan ‘bimsalabim’. Ini artinya berita bohong ini diproduksi secara sadar,” tuturnya.
Banyak kasus hoaks di Indonesia diproduksi untuk kepentingan kelompok atau orang tertentu. Bahkan tidak main-main yang membuat berita bohong juga datang dari kaum elit pejabat negara.
Gerry memaparkan, dari survei terhadap pengguna media sosial di 32 negara, Indonesia menempati peringkat ke-29 dalam kategori kurang sopan. Hal ini tentunya sangat meresahkan seluruh rakyat Indonesia apalagi generasi saat ini dan akan datang.
“Juga bahwa banyak pesan-pesan berantai rohani yang seakan-akan Tuhan juga ikut memantau dan bermedia sosial. Kita semua jangan sampai menjadi bagian dari pembuat info palsu, mari kita benar-benar paham dan cerdas bermedia. Kita wartakan yang baik kepada publik,” ujarnya.
Yuven Fernandez