Reses di Bangka Kantar, Yohanes Rumat Bersama Masyarakat Bahas Longsor Irigasi Wae Laku

Borong, Ekorantt.com – Anggota DPRD NTT, Yohanes Rumat, melaksanakan kegiatan reses di Desa Bangka Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, pada Jumat (26/3/2021).

Dalam kegiatan tersebut, Yohanes bersama masyarakat membahas bencana tanah longsor yang menutup irigasi Wae Laku sejak pertengahan Januari 2021.

Turut hadir dalam kegiatan reses itu, anggota DPRD Manggarai Timur dari Fraksi PKB,Ferdinandus Alfa, perwakilan BPBD Manggarai Timur dan perwakilan Dinas PUPR Manggarai Timur.

Tarsisius Mensi, warga Longko, Desa Bangka Kantar, pada kesempatan itu mengungkapkan bahwa longsor yang menutupi irigasi Wae Laku tersebut tidak hanya berdampak pada ratusan hektar lahan sawah, tetapi juga membuat dirinya dan ratusan warga lain di kampungnya mengalami kesulitan air. 

Untuk mandi dan cuci, mereka terpaksa berjalan kaki sekitar dua kilometer, menuju kali Wae Laku di sebelah barat kampung mereka. 

“Yang paling kita kasihan itu anak-anak sekolah. Sebelum ke sekolah, mereka terpaksa ke kali Wae Laku untuk mandi,” tuturnya.

Padahal, kata dia, sebelum bencana terjadi, mereka memanfaatkan air irigasi tersebut untuk kebutuhan minum, mandi, cuci dan kebutuhan WC.

Kondisi longsor di saluran induk irigasi Wae Laku. (Foto: Fansi Runggat/TIMEX)

Hal senada juga diutarakan oleh Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu) Bangka Kantar, Rosalia Elis.

Menurutnya, sejak air irigasi tidak mengalir, pihaknya sangat sulit mengakses air untuk berbagai kebutuhan di Pustu.

“Kalau ada pasien bersalin atau pasien kecelakaan, kami kesulitan untuk mendapatkan air. Begitupun untuk kebutuhan WC. Selama ini, kami memanfaatkan air irigasi untuk keperluan di Pustu karena air PAM belum masuk di wilayah kami,” ungkapnya.

Tarsisius mengatakan, selain Pustu, ada beberapa fasilitas umum lain, seperti TK Tunas Bangsa, SDI Tenda Tuang, dan SMP Negeri 8 Borong, selama ini juga memanfaatkan air irigasi tersebut untuk kebutuhan sanitasi.

“Masyarakat dan beberapa fasilitas umum itu memanfaatkan air irigasi karena air PAM belum masuk di wilayah kami, khususnya di 3 RT di Longko,” sebutnya.

Menanggapi keluhan masyarakat itu, Yohanes mengatakan bahwa dirinya telah menyampaikan secara lisan kepada pihak Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT-II) Provinsi NTT terkait bencana tersebut.

Menurutnya, irigasi Wae Laku merupakan aset pemerintah pusat. Butuh proses untuk penanganan bencana itu.

Ia meminta masyarakat untuk bersabar dan berpikir bijak.”Pemerintah tentu akan memperhatikannya, sebab tugas pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya,” ucapnya.

Ia berjanji akan terus mendorong, baik melalui pandangan fraksi, pikiran komisi ataupun pada rapat paripurna DPRD NTT, dan juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk memperbaiki kerusakan irigasi itu.

Pada kesempatan itu, Yohanes juga mendengarkan penjelasan dari pihak dinas PUPR dan BPBD Manggarai Timur tentang kajian teknis terkait bencana longsor tersebut.

Ia meminta kepada pemerintah daerah melalui Dinas PUPR dan BPBD Manggarai Timur  untuk memberikan surat pernyataan bencana dari Bupati Manggarai Timur, sehingga mendukung perjuangannya ke BWS NT-II Provinsi NTT dan pemerintah pusat 

Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Manggarai Timur, Edward Luru, mengatakan, pihaknya bersama Dinas PUPR, saat ini sedang membersihkan material longsor pada saluran irigasi Wae Laku itu.

Menurutnya, dalam proses evakuasi material longsor itu, pihaknya menemukan kendala, di mana ada tiga batu besar yang menutup saluran irigasi.

“Direncanakan pakai breaker excavator, bor itu batu-batu, tapi takutnya tekanan keras saat bor itu tanah getar dan terjadi longsor. Karena berpotensi akan amblas ketika dibor, maka perlu ada kajian teknis lagi agar tidak terjadi longsor yang lebih parah lagi,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Irigasi dan OP Dinas PUPR Matim, Ovan Sape, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan BWS NT-II Provinsi NTT terkait bencana tersebut.

Menurutnya, pihak BWS NT-II Provinsi NTT sudah datang melihat langsung dan mengambil data bencana alam itu.

Ovan mengatakan, sesuai target, irigasi Wae Laku ini mengairi 2.047 hektar lahan sawah yang ada di empat desa yakni Desa Bangka Kantar, Golo Kantar, Nanga Labang dan Desa Compang Kantar.

“Saat ini, sawah yang sudah dibuka dan produktif itu sekitar ratusan hektar,” katanya.

Kepala Desa Bangka Kantar, Silverius Mediator Rawan, menyampaikan terima kasih kepada Yohanes yang telah bertemu dan mendengarkan aspirasi masyarakat, khususnya terkait bencana longsor yang menyebabkan kerusakan saluran irigasi Wae Laku.

Menurut Silverius, supaya tidak terjadi lagi longsor di saluran irigasi itu, maka perlu dibangun anyaman bronjong atau tembok penahan.

“Kami dari desa sudah laporkan bencana ini ke dinas teknis di kabupaten,” pungkasnya.

Rosis Adir

 

spot_img
TERKINI
BACA JUGA