Maumere, Ekorantt.com – Posyandu Remaja adalah salah satu program Dinas Kesehatan yang diperuntukkan khusus untuk usia remaja 10-19 tahun. Salah satu posyandu yang aktif mendampingi remaja adalah Posyandu Desa Waiara, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka.
Anastasia da Costa, bidan yang setia ada bersama para remaja di desa ini mengemukakan adanya posyandu ini penting bagi para remaja memahami fase-fase krusial dalam hidup mereka.
“Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Kehadiran Posyandu Remaja Desa Waiara Kecamatan Kewapante sejak Januari 2021 sebagai bentuk kepedulian terhadap remaja. Mendampingi remaja menghadapi fase- fase krusial dalam hidupnya,” ujar Anastasia.
Anastasia lebih jauh menjelaskan Posyandu Remaja Desa Waiara menjadwalkan pelayanan kesehatan sebulan sekali. Materi umum yang diberikan bagi 29 pelajar SD, SMP dan SMA yang tergabung didalamnya adalah perilaku hidup bersih dan sehat, dan tanpa narkoba.
Diungkapkan pula dengan kegiatan pendampingan di Posyandu Remaja Waiara diharapkan pernikahan dini bisa dicegah sehingga ke depan stunting bisa diturunkan.
“Di Posyandu Remaja ada kegiatan pendidikan reproduksi untuk anak-anak. Sedangkan remaja putri diberi tablet tambah darah setiap minggu dan yang haid diberi setiap hari selama masa haidnya,” terang Anas.
Pelaksanaan pendampingan kepada para remaja bekerjasama dengan PKK dan Pemdes setempat.
Strategi yang dibuat di Posyandu Remaja Waiara agar banyak remaja yang bergabung dan datang tiap bulan ke posyandu demikian Anas, yakni menugaskan 1 orang remaja wajib membawa teman baru setiap bulan ketika pertemuan. Sehingga diharapkan semua remaja di desa Waiara bisa berpartisipasi penuh dalam kegiatan posyandu ini.
Anas mengakui pula untuk sementara yang bergabung masih didominasi remaja putri.
“Perlahan-lahan kami akan mengajak remaja putra agar bisa bergabung dalam kegiatan ini,” ujarnya Anas.
Kepala Desa Waiara Paulus Plapeng sangat mendukung program pemerintah apalagi menyentuh kegiatan remaja.
“Sosialisasi terus kita lakukan kepada remaja agar tidak menikah di usia dini. Karena anak yang dilahirkan tidak sehat, stunting dan kurang gizi,” tandas Paulus.
Ia mengharapkan semua pihak baik orang tua, pemerintah desa setempat, bidan dan pihak gereja untuk terus memberikan sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada remaja akan dampak buruk jika menikah di usia dini.
Yuven Fernandez