Larantuka, Ekorantt.com – Terik matahari begitu tajam. Saya dan rekan jurnalis berpacu dengan sepeda motor menuju Riangpuho, Desa Waibao, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur pada Sabtu (28/8/2021).
Sejam lamanya baru kami tiba di Waibao. Meskipun kami harus bersusah payah melewati setiap lembah dan juga bukit.
Memang jarak antara Kota Larantuka menuju Desa Waibao terbilang jauh.
Meski demikian, semuanya terbayar lunas dengan pemandangan alam yang eksotik sepanjang jalan.
Kami menikmati perjalanan hari itu dengan bahagia. Kebahagiaan kami pun surut setelah mengunjungi mama Romana Tupi Koten (56).
Janda beranak tiga yang rela tinggal beratapkan terpal lusuh dan beberapa bagiannya telah koyak dan hancur. Ia hidup sendiri, kadang ditemani cucunya. Jarak rumah tempat ia tinggal dan pemukiman warga 20 meter jauhnya.
Di atas sebidang lahan kosong, Mama Romana membangun gubuk berukuran 3×6 meter. Rumah tak layak huni itu didiami Romana sejak tiga tahun lalu.
Beberapa titik terpal terlihat kusam dan koyak. Amukan hujan dan badai pada musim hujan kemarin membuat sejumlah titik terpal robek. Mama Romana telah menjahitnya kembali.
“Saya setengah mati kalau hujan datang. Itu hari musim barat semua terpal robek. Akhirnya, saya harus jahit kembali,” kisah Romana dengan suara terbata-bata.
Ia mengenang, saat musim hujan tiba, mama Romana tetap bertahan di balik terpal miliknya. Ia bersembunyi di balik terpal yang utuh.
Di bagian dalam ruangan itu, dipajang foto Mama Romana dan almarhum suaminya Markus Mao Sogen. Di sebelah kiri ada foto anaknya.
Ada dua tempat tidur yang tampak tak layak. Juga beberapa potongan kayu dijadikan tempat rak gelas dan piring.
Ketika dikunjungi Ekora NTT, Mama Romana tampak tegar. Rasa tegar yang dimiliki oleh seorang ibu seperti Romana bikin kami terharu.
“Hidup saya begini no, tidak jadi masalah. Mau susah juga tahan saja,” ungkapnya.
Ia mengatakan, setiap malam dirinya menggunakan pelita sebagai penerang. Bahkan, situasi gelap pun ia abaikan.
“Takut juga. Tapi mau bagaimana lagi. Kita harus kuat, no,” ujarnya lagi.
Hidup sederhana dengan segala keterbatasan tak membuat mama Romana patah semangat. Ia malah merasa lebih nyaman. Bahkan, Ia tetap bekerja. Meski tahun ini ia tidak memperoleh hasil yang baik.
“Ini tahun hasil di kebun tikus makan habis, tinggal sedikit saja,” bebernya.
Ia selalu berharap pada Tuhan di setiap langkah hidupnya.
“Saat hujan angin, saya cukup takut. Tapi, saya tahan saja karena ada Tuhan,” terangnya.
Setelah bertemu dengan mama Romana, kami berjabat tangan. Ia tersenyum saling merendah mengucap terima kasih karena telah mengunjungi dirinya.