Borong, Ekorntt.com – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Bogor, menggelar kegiatan bimbingan teknis (Bimtek) pengolahan pasca panen tanaman porang bagi sejumlah anggota kelompok tani porang di Kabupaten Manggarai Timur, pada Senin (6/9/2021).
Kegiatan yang diselenggarakan di Aula MariYos-Golo Lada Borong ini diikuti oleh 100 lebih peserta dari lima desa, yakni Desa Gunung Baru, Rana Mbata dan Mokel Morid, Kecamatan Kota Komba Utara; dan Desa Rana Kulan dan Compang Soba, Kecamatan Elar.
Dalam kegiatan ini, selain mendapatkan materi, para peserta juga melakukan praktik, mulai dari pengolahan chip porang hingga pengolahan aneka produk tepung porang jadi mie porang, beras porang, cake porang, selai porang, brownies porang, jelly porang, dan stik porang.
Kegiatan ini terselenggara berkat aspirasi anggota komisi IV DPR RI, Julie Sutrisno Laiskodat.
Politisi Nasdem itu mendorong Kementan untuk menggelar kegiatan Bimtek tersebut di Matim, setelah mengetahui informasi bahwa banyak petani di kabupaten itu membudidayakan porang secara mandiri.
“Tujuan Bimtek ini yaitu supaya petani porang di Manggarai Timur ini tidak menjual porang secara gelondongan,” kata Jener Alison Bana, Staf Ahli Julie Laiskodat.
“Kalau Jual umbi porang secara gelondongan dengan harga hanya Rp12 ribu per kilogram, tidak mungkin berpengaruh tinggi terhadap peningkatan ekonomi petani porang. Tetapi, apabila setelah diolah, misalnya jadi chip porang, harganya pasti lebih meningkat,” tambahnya.
Sesuai data Dinas Pertanian Manggarai Timur, pada 2020, luas lahan porang di kabupaten itu mencapai 1.308 Ha.
Kepala Dinas Pertanian, Yohanes Sentis, mengatakan, dari total luas lahan porang itu diperkirakan telah menghasilkan 19.620 ton, dengan asumsi 1 Ha menghasilkan 15 ton porang.
“Jika 19.620 ton dikonversi ke kilogram, lalu dikali harga Rp6000 per kilogram berarti total uang dari seluruh petani porang di Manggarai Timur tahun ini sebanyak Rp117.720.000.000,” ujarnya.
“Ini merupakan hasil yang fantastis dan hasil ini juga dijual dalam bentuk gelondongan. Apalagi kalau jual setelah diolah menjadi chip porang atau mie porang, pasti harganya jauh lebih mahal,” imbuhnya.
Upaya Sertifikasi Benih
Menurut Jener, selain Bimtek itu, ke depan, akan diusahakan untuk sertifikasi benih porang di Manggarai Timur, supaya bibit yang ditanam berkualitas, dan nilai jualnya lebih tinggi.
“Kalau di Flores ini, baru Manggarai Barat yang sudah mendapat sertifikasi benih porang. Kita akan upayakan supaya benih porang di Manggarai Timur tersertifikasi,” ujarnya.
Sekretaris Nasdem Manggarai Timur, Tarsan Talus, mengatakan, jika sudah tersertifikasi, maka harapannya pemerintah bisa memberi bantuan benih porang ke para petani.
“Semangat menanam porang di Manggarai Timur ini sangat tinggi, tetapi kendalanya di benih. Kalau sudah ada sertifikat benih porang, pemerintah bisa beri bantuan benih porang ke petani,” katanya.
Rosis Adir