Mbay, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Nagekeo, NTT mencatat sebanyak 10 anak di wilayah itu kehilangan orangtua akibat Covid-19. Mereka kini menjadi yatim piatu.
Data anak yatim piatu ini berdasarkan rekapitulasi perkembangan penanganan Covid-19 selama pandemi hingga awal November 2021.
“Itu data terakhir per hari ini sesuai rekapan kami,” ujar Kepala Dinas Sosial Nagekeo Rufus Raga saat dikonfirmasi Ekora NTT pada 4 November 2021 lalu di ruang kerjanya.
Sesuai rekapan Dinsos Nagekeo yang diperoleh media ini, jumlah anak yatim piatu akibat Covid-19 tersebar di enam desa dan empat kelurahan di Kecamatan Aesesa, Kecamatan Aesesa Selatan dan Kecamatan Boawae.
Rinciannya ialah, 3 (tiga) anak di Kecamatan Aesesa yakni Desa Aeramo 1 orang dan Kelurahan Danga sebanyak 2 orang.
Kecamatan Aesesa Selatan di Desa Tengatiba sebanyak 4 (empat) anak, sementara Kecamatan Boawae sebanyak 3 (tiga) anak yakni Kelurahan Rega sebanyak 2 orang dan di Desa Gerodhere 1 orang.
Kadis Rufus menerangkan anak-anak yatim piatu akibat Covid-19 itu kini masih tinggal bersama keluarga mereka. Pihaknya pun masih berupaya agar hak-hak mereka dipenuhi, termasuk pada bidang pendidikan.
“Kalau ingin kuliah nanti akan mendapat rekomendasi dari pemerintah. Kalau untuk bansos khusus anak yatim piatu belum ada dari Kemensos. Kami konfirmasi lebih lanjut,” tutur Rufus.
Perhatikan Hak-hak Anak
Pengamat Sosial dan Pendidikan Nagekeo, Oscar Meta menegaskan perhatian pemerintah kepada 10 anak yatim piatu menjadi hal yang paling utama.
Pemerintah daerah hingga pemerintah desa dan kelurahan mesti berkolaborasi untuk mencegah hak-hak anak terutama bidang pendidikan.
“Anak-anak yang masih sekolah harus dijamin biaya pendidikan mereka. Jangan sampai ada anak-anak yang putus sekolah karena biaya pendidikan,” ujar Oscar.
Dengan melakukan pencegahan, kata Oscar, dapat menjamin hak-hak hidup anak. Sebab, hal itu dijamin oleh negara sesuai undang-undang tentang perlindungan anak.
Oscar menggarisbawahi tentang kebutuhan anak-anak terutama kenyamanan yang harus diperhatikan pemerintah pada setiap jenjang pendidikan bahkan hingga kuliah nanti.
“Jangan sampai anak-anak merantau dengan tidak menyiapkan keterampilan. Saya sering mengurus anak-anak yang putus sekolah. Jadi pemerintah harus memprioritaskan anak-anak pada bidang pendidikan, intervensi dengan dana pendidikan,” katanya.
“Memastikan kebutuhan hidup anak sangat penting. Kita tidak mau ada penelantarkan anak bahkan hingga masalah trafficking nantinya, kita tidak ingin itu,” tambah Oscar.
Ian Bala