Maumere, Ekorantt.com – Sikka mempunyai banyak sekali daya tarik wisata yang menarik baik itu wisata alam, wisata bahari maupun wisata religi. Semuanya ini akan menarik hati para pelancong untuk memperpanjang waktunya di Maumere untuk bisa mengelilingi objek-objek yang ada.
Sebut saja Gunung Egon yang lengkap dengan potensi wisata air panas Blidit dan air terjunnya. Teluk Maumere di Pulau Pangabatan yang dengan keunikan alam luar biasa indah.
Kemudian ada spot wisata Tanjung Kajuwulu yang sudah lengkap dengan beberapa bangunan pendukung seperti lopo-lopo galeri shop, toilet bahkan sebuah restoran yang membuat Kajuwulu semakin menggeliat.
Dibalik semua keindahan alam yang dicatat, yang mulai digempar-gempor oleh pemerintah, namun ada satu potensi wisata sejarah dan wisata religi yang masih diabaikan. Adalah Lepo Gete, sebuah rumah adat peninggalan Portugis di Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka.
Lepo Gete, bagi orang Sikka biasa diartikan sebagai sebuah istana raja yang biasa ditempati orang-orang besar seperti Raja Sikka. Berdasarkan catatan sejarah yang dihimpun Ekorantt.com, pada abad ke-16 masa penjajahan Portugis dan selanjutnya penjajahan Belanda pada abad ke-17, Lepo Gete merupakan istana kerajaan Sikka sekaligus menjadi pusat pemerintah pada masa kerajaan Sikka.
Lepo Gete memang penuh dengan nilai sejarah, bahkan secara tersirat membawa kemajuan bagi warga Flores secara umumnya. Namun, pemerintah lupa bahkan mengabaikan.
Pemerintah hingga kini belum menganggap Lepo Gete sebagai objek wisata sejarah dan wisata rohani yang dibuktikan dengan belum adanya perhatian terhadap bangunan bersejarah itu.
Spanish Tour Guide Damian Sone memberi kesan tersendiri terhadap keberadaan Lepo Gete, yang kini hanya tersisa puing-puing. Setelah mengunjungi gereja tua yang penuh dengan nilai sejarah di Kampung Sikka, alumni STFK Ledalero ini bersama para tamu dari Bandung-Jawa Barat pun berusaha untuk mencari istana raja Sikka yang letaknya tidak jauh dari gereja itu.
Letaknya di pinggir pantai Sikka. Mereka hanya menemukan puing-puing istana [Lepo Gete]. Damian menyayangkan karena bangunan itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan gereja lokal setempat.
“Ketika melihat puing-puing bangunan istana Raja Sikka, ironis memang. Seorang Raja yang sangat penting peranannya dalam membawa ajaran Katolik dari Malaka ke Flores khususnya kampung Sikka tapi rumah yang menjadi sejarah itu tinggal puing-puing saja,” kata Damian prihatin.
Damian merasa prihatin sebab Kampung Sikka mempunyai objek yang sangat mendunia oleh ketertarikan gereja tua Sikka. Oleh karenanya, catatan dan bukti-bukti sejarah mestinya menopang objek wisata religi gereja tua Sikka.
Dalam catatan Ekorantt.com tahun 2000, Pemkab Sikka pada era Bupati Paulus Moa pernah mengucurkan dana sebesar Rp100 juta untuk merenovasi Lepo Gete yang dipandang sebagai rumah adat Sikka. Renovasi itu dengan maksud untuk melestarikan sejarah dan budaya Sikka dan menjadikannya ikon atau objek wisata. Usaha renovasi ini tidak dilaksanakan dengan tuntas dan menyisakan kesan terbengkalai dan saat ini hanya puing-puing bangunan yang tersisa.
Hal lain yang paling nampak adalah infrastruktur jalan yang sangat buruk. Jalan yang sangat jauh dari perhatian pemerintah. Sementara Kampung Sikka itu mempunyai objek yang sangat mendunia.
“Tamunya hanya bisa memahami situasi dan kondisi kita. Tapi apakah pemerintah akan membiarkan keadaan itu terus seperti itu?” tanya Dami. Ia pun menambahkan supaya ada peningkatan kunjungan wisatawan perlu perhatian yang ekstra. Tidak ada jalan lain.
Yuven Fernandez