Mbay, Ekorantt.com – Sebanyak 276 jiwa warga di Dusun 2, Desa Selalejo Timur, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, NTT mengonsumsi air mengandung belerang. Mereka tersebar di Kampung Loka Tonga, Kampung Torabhoja dan Kampung Mila.
Ratusan warga itu terpaksa menggunakan air yang sudah terkontaminasi material vulkanik lantaran tak ada sumber air lain yang menjadi alternatif.
“Ada mata air tapi di wilayah lembah. Jarak hanya 1,5 kilometer, tapi topografinya sulit. Medannya cukup sulit dan membutuhkan anggaran yang cukup besar,” kata David Sebho (54), Ketua BPD Selalejo Timur kepada Ekorantt.com, Selasa (29/03/2022) siang di Kantor Desa Selalajo Timur.
David merupakan salah seorang yang mengonsumsi air mengandung belerang sejak tahun 1968. Kata dia, sejak itu warga sudah memanfaatkan air itu untuk keperluan sehari-hari baik mencuci, mandi maupun untuk minum. Jika diminum rasanya asam.
“Kalau cuci pakian berwarna putih, hasilnya pudar. Yah, kita terpaksa menahan dengan air itu. Saya sering (sakit) lambung,” ujar David.
David menuturkan tim kesehatan telah menguji kadar air itu dan mengimbau warga agar tidak mengonsumsi. Namun, warga belum mendapatkan solusi pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Kepala Desa Selalejo Timur Krispianus Goa (33) menerangkan bahwa pemerintah desa belum bisa mengatasi persoalan tersebut karena keterbatasan anggaran.
Sebab, Dana Desa (DD) yang dialokasikan pemerintah pusat saat ini lebih fokus pada pemulihan ekonomi masyarakat.

Ia menyebut, DD Selalejo Timur tahun anggaran 2022 sebesar Rp738 juta. Hampir Rp400 juta atau 40% DD dialokasikan untuk bantuan langsung tunai (BLT).
“Kita di sini persoalan utama ialah air bersih. Tahun 2021 kita alokasikan Rp 290 juta untuk sarana air bersih (SAB) di Dusun 1 dari mata air Poma Kango. Tapi debitnya kecil,” kata Krispianus.
Sementara itu, untuk Dusun 3 sudah ada intervensi Pamsimas dari mata air Gogi tahun 2020 tapi jumlah air sangat terbatas.
Sedangkan di Dusun 2, hingga saat warga masih menggunakan air mengandung belerang. Rincian ialah RT 03 berjumlah 119 jiwa, RT 04 ada 83 jiwa dan RT 05 ada 74 jiwa.
“Memang ada mata air besar setelah kami survei di Lowo Kilu, debitnya lima liter per detik. Hanya kondisi topografi sangat sulit dan harus butuh anggaran yang besar. Kami sedang berencana menyiapkan proposal untuk diajukan ke Dinas PUPR,” ujar Krispianus.
Ian Bala