Kupang, Ekorantt.com – Hampir semua orangtua, termasuk ibu juga turut berjuang dan memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Hal ini diungkapkan Theresia Lisa Hayon (58) saat ditemui Ekorantt.com di halaman parkir Gereja Paroki Maria Assumpta, Kupang, Minggu (03/04/2022).
Lisa, demikian ia biasa disapa, adalah warga asal Desa Kelike, Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur. Ia bersama suaminya Gabriel Jati Melur (62) berpindah ke Kota Kupang pada tahun 1988. Keduanya memilih pindah dengan satu tekad yakni ingin suskes menyekolahkan anak-anak mereka.
Di halaman gereja persinya jalan menuju Gua Maria Assumpta, Lisa berkisah perjuangannya yang sukses menyekolahkan empat anaknya hingga ke jenjang sarjana.
Awal mula di Kupang, Lisa dan Gabriel bekerja sebagai karyawan pembantu di Gereja Paroki Santo Yosef Naikoten. Di sela-sela itu, keduanya mulai menjual aksesoris rohani seperti rosario, patung, salib serta buku-buku doa.
“Waktu itu semua hasil penjualan diberikan ke pastor paroki karena barang-barang rohani yang kami jual itu milik pater. Kami hanya bantu jual,” ungkap Lisa mengisahkan perjalanan awal dirinya menjadi penjual aksesoris rohani.
Selama 11 tahun pasangan suami istri itu sebagai karyawan gereja di Naikoten. Setelah pastor paroki (Pater Blas) dan Uskup Gregorius Montero meninggal dunia, keduanya berniat dan mendapatkan petunjuk untuk menjual sarana rohani di luar gereja.
Sebelumnya, Lisa sudah diperkenalkan jejaring usaha itu ke Toko Rame, Kupang oleh pastor pengganti. Toko itu sedianya menjual segala macam aksesoris Katolik yang seringkali bermitra dengan pihak gereja.
Dari toko itu, Lisa dan suaminya membeli aksesoris rohani dengan uang sendiri lalu berjaja keliling di Kota Kupang pada tahun 2001. Hampir seluruh jenis aksesoris rohani dijual oleh mereka. Harganyapun variatif dan murah sesuai jenis bentuk dan ukurannya.
“Cukup banyak, jadi kita dapat keuntungannya dari korting pembelian. Dari situ kami mulai berjualan secara mandiri,” cerita Lisa yang sedang ditemani putra sulungnya Geovani (34) saat menjaja sarana rohani di halaman Gereja Assumpta.
Dari keuntungan itu, mereka menabung secara mandiri. Kemudian mereka mengembangkan usaha itu dengan membangun kios sarana rohani di jalur hijau, persisnya belakang Hotel Cendana, Jalan Hati Mulia 7.
“Puji syukur sekarang kami sudah punya kios. Namanya, Kios Ina Maria. Kalau di kios (barang rohani) lebih lengkap,” kata Lisa.
Sekolahkan Anak
Puluhan tahun Lisa dan suaminya tekun menjadi penjual aksesoris rohani keliling dengan sabar. Keuntungan bagi Lisa adalah berkat Tuhan yang tak terlihat.
“Namanya untung kami tidak pernah hitung. Semua kebutuhan rumah tangga, baik untuk makan dan biaya anak sekolah, kami ambil dari hasil jualan aksesoris rohani,” jelas Lisa.
Lisa meyakini bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan mereka dan percaya bahwa akan terus menaungi usaha keluarganya. Terbukti, dari penjualan aksesoris rohani ini ia bersama sang suami telah berhasil menyekolahkan keempat orang anaknya menjadi sarjana.
“Puji Tuhan, anak saya yang sulung sudah selesai kuliah dan kini jadi staf pengajar di Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang. Puteri yang kedua, sekarang bekerja di Ramayana, putera ketiga dan keempat sekarang sedang jalani pendidikan di UCB,” ungkap Lisa penuh syukur.