Ruteng, Ekorantt.com – Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng, Maksimus Regus membuka secara resmi penyelenggaraan The Second International Conference on Humanities, Education, Language, and Culture (The 2nd ICHELAC), Jumat (27/05/2022) pagi.
Seperti perhelatan pertama setahun silam, The 2nd ICHELAC berlangsung secara daring melalui platform media zoom meeting.
Dalam opening speech-nya, Maks menegaskan kembali apa yang menjadi fokus dan keprihatinan utama pada konferensi internasional kali ini.
“Keprihatinan konferensi internasional ini adalah perubahan, tantangan, dan peluang terkini dalam pendidikan, kemanusiaan, bahasa, dan budaya di seluruh dunia”, tegasnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan perhatian khusus konferensi ini pada dampak covid-19 pada beberapa isu utama tersebut.
“Kami bertujuan untuk memikirkan secara mendalam tentang dampak jangka pendek, menengah, dan panjang dari pandemi Covid-19. Setelah mimpi buruk pandemi ini, kami memiliki banyak pekerjaan rumah,” katanya.
Dalam situasi saat ini, jelas Maks, kita tidak memiliki banyak pilihan selain memulai dan mempertahankan pertemuan yang konstruktif dan produktif.
Oleh karena itu, melalui konferensi tersebut, ia yakin akan membawa beberapa ide dari perspektif, latar belakang, dan keahlian yang berbeda, untuk mengeksplorasi kemungkinan yang lebih mendalam demi mempertahankan panggilan dasar sebagai pendidik, peneliti, praktisi, pemerintah, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Maks juga menyampaikan harapannya terhadap penyelenggaraan event bertaraf internasional tahun ini.
“Kami memiliki para ahli dari berbagai bidang yang akan tinggal bersama kami selama dua hari ke depan, berbagi pemikiran, pengetahuan, dan pendapat mereka. Saya ingin menguraikan hasil signifikan yang diharapkan dari konferensi ini,” katanya.
Maks berharap dapat mengembangkan wawasan, penyesuaian, dan kerangka kerja nasional dan internasional untuk perubahan sistem pendidikan (praktik), kesejahteraan, bahasa, dan budaya sehari-hari dan bagaimana hal itu dapat condong dengan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Distiguished Speaker
Setelah Dekan FKIP Santu Paulus Ruteng secara resmi membuka konferensi internasional, Bupati Manggarai, Herybertus G.L. Nabit tampil membawakan sambutan dan materi sebagai pembicara istimewa (distinguished speaker).
Pada kesempatan ini, Bupati Hery menggarisbawahi dua isu kritis yang dihadapi dunia dan harus disikapi oleh pemimpin wilayah di Kabupaten Manggarai.
“Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan dua isu kritis yang kita hadapi saat ini dan bagaimana kita sebagai pemimpin di wilayah Manggarai mengembangkan pemerintahan untuk menyikapi dua dimensi esensial tersebut. Yang pertama adalah, perubahan dan yang kedua adalah keberlanjutan”, ujarnya.
Terkait isu yang pertama, Bupati Hery menyebut merebaknya pandemi Covid-19 sebagai pemicu krusial dari perubahan yang ada.
“Pada dimensi pertama, kita dapat mengatakan bahwa pandemi Covid-19 adalah salah satu narasi kritis dari perubahan yang kita hadapi, dan banyak wajah perubahan lainnya memiliki dampak penting pada kehidupan kita,” kata Bupati Hery.
“Beberapa dari dampak ini membuat kita sangat cemas. Kami harus membayar harga yang sangat mahal untuk perbaikan setelah Covid-19 ini. Kami menghadapi berbagai tantangan, terutama struktur ekonomi dan sosial yang sangat serius,” tambahnya.
Manurut alumnus Institute of Social Studies, Erasmus University of Roterdam, Belanda itu, kehadiran pandemi covid-19 yang membawa perubahan berdampak luas dan mencemaskan tidak harus menjadi alasan untuk berhenti berusaha mewujudkan visi dan misi kemajuan.
Tentu saja, kata Bupati Hery, Covid-19 tidak boleh menghentikan perjalanan semua pihak untuk maju dan mencapai kemakmuran. Oleh karena itu, Bupati Hery meminta semua pihak perlu mempertimbangkan dimensi keberlanjutan dari aspek-aspek penting kehidupan kita di dimensi kedua.
“Sebagai Bupati Manggarai, saya juga memusatkan kecemasan saya pada dimensi ini. Salah satu masalah nyata yang kita hadapi saat ini adalah bagaimana pembangunan dalam segala aspek terus berlanjut dalam ketegangan antara datangnya perubahan di satu sisi dan memastikan keberlanjutan yang berkelanjutan dari fondasi kehidupan kita di sisi lain”, tegasnya.
Pada bagian akhir sambutan dan materinya, Bupati Hery menyampaikan tiga strategi untuk memastikan dimensi keberlanjutan itu berlangsung di tengah tantangan perubahan yang ada.
Setidaknya, dalam mendukung dimensi keberlanjutan ini, Bupati Hery menekankan beberapa perhatian dan tindakan kritis yang perlu dilakukan, antara lain, pertama, konsolidasi birokrasi. Birokrasi yang efektif tentu akan membantu proses pemulihan kehidupan sehari-hari di segala bidang.
Kedua, membangun ketahanan ekonomi di masa pandemi. Pemerintah mendukung inisiatif baru dari masyarakat yang mendorong sirkulasi ekonomi, seperti menekan kehadiran serikat pekerja yang mendukung perekonomian masyarakat.
Ketiga, konsolidasi untuk pemulihan sektor pendidikan juga merupakan langkah strategis yang harus dilakukan.
Menutup penyampaian sambutan dan materinya, Bupati Hery mengungkapkan harapannya.
“Terakhir, dengan sisa-sisa pandemi COVID-19 saat ini, kami terus menginisiasi dan memperkuat konsolidasi lintas sektor, lintas lembaga, dan lintas aktor untuk mempercepat proses pemulihan dari pandemi. Oleh karena itu, sekali lagi kami yakin konferensi ini akan memunculkan inspirasi baru bagi keberhasilan kita menyongsong era baru pasca-Covid-19. Terima kasih banyak, dan selamat atas terselenggaranya konferensi internasional ini. Tuhan memberkati kalian semua”, harapnya.
Untuk diketahui, penyelanggaraan The 2nd ICHELAC pada hari pertama ini mengangkat isu pendidikan sebagai sorotan utama.
Tiga keynote speakers tampil secara bergantian menyampaikan materi pada sesi utama (main session) di ruang utama (main room).
Prof. Pilar I. Romero dari College of Education University of Santo Thomas, Filipina tampil sebagai pembicara kunci pertama.
Ia mengetengahkan makalah berjudul “Embracing Change and Sustaining The Mission of Catholic Higher Education Institutions In the Post Pandemic Era Through Meaningful Collaborations”.
Kemudian, hadir sebagai pembicara kunci kedua adalah Prof. Dr. Frans Salesman dari Universitas Citra Bangsa Kupang, Indonesia.
Ia menyajikan materi bertajuk “Quality of Human Resources and Scientific Culture Post Pandemic COVID-19 (Case Study in Indonesia)”.
Sementara itu, Prof. Michel Hogenes dari The Hauge University of Applied Sciences, Belanda hadir sebagai pembicara kunci ketiga dengan judul materi “Educating the Creative Mind.”
Seusai pemaparan dan diskusi materi dari para pembicara kunci, konferensi internasional di hari pertama dilanjutkan dengan presentasi paper pada parallel session di breakoutrooms.
Puluhan pemateri dari berbagai Perguruan Tinggi di Tanah Air dan juga dari internal FKIP Unika Ruteng tampil dalam sesi ini.
Berdasarkan pantauan, 400-an peserta hadir di ruang virtual dalam konferensi hari pertama ini.