Yogyakarta, Ekorantt.com – Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Koperasi Kredit (Kopdit) Pintu Air Kantor Cabang Pembantu (KCP) Yogyakarta mendorong para anggota untuk budidaya porang.
Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air KCP Yogyakarta Guido Abong mengatakan budidaya porang merupakan salah satu program unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
“Kesejahteraan dapat dicapai apabila anggota memiliki pendapatan tambahan di luar pendapatan pokok yang sudah ada seperti gaji, hasil pertanian atau peternakan,” katanya saat dihubungi Ekora NTT.
Ia mengatakan sudah dua kegiatan penting yang sudah mereka lakukan untuk mendukung terlaksananya program budidaya porang, yakni penyuluhan budidaya dan pemasaran porang.
“Penyuluhan budidaya disampaikan oleh Bapak Edison Marbun diadakan pada Maret 2022. Informasi tentang pemasaran porang oleh Bapak Imron dari OMG Solo Porang, diadakan pada awal Mei 2022,” tuturnya.
Tujuan dari kedua kegiatan tersebut, lanjutnya, selain untuk memotivasi anggota, juga untuk memberikan pengetahuan tentang budidaya porang yang benar.
“Sudah ada 20 anggota dan 25 calon anggota mendaftarkan diri sebagai peserta budidaya porang,” sebutnya.
Ia mengatakan, dalam program ini, anggota yang membudidayakan porang, KCP yang membantu menyediakan modal dan pemasaran.
“Modal diberikan dalam bentuk pinjaman. Bunga pinjaman langsung dipotong untuk 8 bulan saat realisasi pinjaman. Pokok pinjaman dibayar saat panen tahun pertama dan panen tahun kedua. Panen tahun pertama anggota mendapat hasil dengan menjual biji/katak, Panen tahun kedua anggota mendapat hasil dengan menjual biji porang/katak dan umbi porang. Untuk mengantisipasi kerugian yang dialami oleh anggota, KCP akan membuat MoU dengan pihak pembeli, yang tidak lain adalah Bapak Edison Marbun sendiri,” jelasnya.
Menurut Guido, Presiden Jokowi pada sebuah kesempatan pertemuan dengan para menteri menyampaikan kekhawatirannya tentang tiga ancaman serius yang dihadapi oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Ketiga ancaman tersebut adalah: krisis pangan, kriisis energi, dan meningkatnya inflasi. Presiden mengajak para menteri, untuk menjadikan ancaman ini sebagai peluang.
“Budidaya porang menjadi penting ketika dihubungkan dengan penyediaan pangan. Karena selain sebagai komoditi ekspor, porang juga bisa diolah di dalam negeri menjadi banyak kebutuhan seperti lem, bahan untuk kapsul obat, dan juga bisa diolah menjadi beras, beras porang,” ujarnya.
“Kopdit Pintu Air KCP Yogyakarta juga melihat kondisi ini sebagai peluang bagi anggota untuk menambah pendapatan mereka melalui budidaya porang,” tambahnya.
Kendati harga porang saat ini rendah, lanjutnya, KCP Yogyakarta tetap optimis, satu atau dua tahun lagi harga porang akan naik.
“Optimisme kami beralasan karena pihak yang akan mengadakan MOU dengan Kopdit Pintu Air sudah menetapkan harga yang akan dibeli: yaitu 5.000-7.000 per kg untuk umbi, dan 75.000–125.000 per kg untuk biji porang/katak. KCP Yogyakarta lebih yakin lagi karena orang yang akan mengadakan MoU juga memiliki pabrik pengolahan porang sendiri,” kata Guido.

Tentang KCP Yogyakarta
KSP Kopdit Pintu Air KCP Yogyakarta bertumbuh dari 18 anggota awal pada April 2018. Ke 18 anggota ini hasil kerja dua relawan yakni Petrus Junto Sallo dan Dra. Beata Maria, dosen UGM.
Menurut Guido, pada bulan dan tahun yang sama, ia mendapat telpon dari Christianus Woda, salah seorang pengurus KSP Kopdit Pintu Air Pusat dan memintanya untuk bersedia mengembangkan Kopdit Pintu Air di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
“Sebagai seorang inisiator credit union dan pendiri BK3D NTT Bagian Barat yang berpusat di Ende pada periode tahun 1973-1975, tentu saja saya menerima permintaan dari Pengurus Pusat KSP Kopdit Pintu Air tersebut. Jiwa dan roh serta semangat credit union sudah menyatu dengan diri saya,” ceritanya.
Menumbuhkan benih Kopdit Pintu Air di Yogyakarta
Guido menuturkan, sebagai langkah awal pengembangan Pintu Air di Yogyakarta, ia melakukan pendekatan dengan dua relawan pendahulu, Petrus Jutanto Sallo dan Maria Beata.
“Bersama relawan pendahulu kami memulai pendekatan dari lapak ke lapak, rumah ke rumah, dan mengadakan pendekatan kelompok,” ujarnya. “Hasil mulai nampak. Jumlah anggota bertambah. Dari 18 menjadi 30, naik ke 50.”
Melihat jumlah anggota yang terus bertambah, lanjutnya, Pengurus Pusat Pintu Air merespons dengan mengirim Humas, Vinsen Deo untuk membantu relawan di Yogyakarta.
“Pengurus pusat juga mengirim pejabat kasir, Katerina Lin Inagetan untuk mengurusi keuangan anggota. Rumah saya digunakan sementara sebagai kantor,” cerita Guido.
Ia menceritakan, pendekatan kelompok mereka awali dengan ikut ambil bagian dalam arisan PAMOR, sebuah paguyuban yang anggotanya berasal dari hampir semua daerah di NTT.
“Setiap kali ada pertemuan PAMOR kami diberi waktu untuk sosialisasikan KSP Kopdit Pintu Air, dan melaporkan perkembangan keanggotaan serta asset. Pelayanan simpan pinjam juga langsung dilakukan saat arisan,” katanya.
“Semangat anggota berkoperasi terus meningkat ketika mendapat kunjungan full-team dari Bapak Yakobus Jano dan jajarannya,” tambahnya.
Setahun kemudian, yakni pada September 2019 kantor baru KCP Pintu Air Yogyakarta dibuka dengan mengontrak sebuah rumah di Jl. Kepuh Gk. 3 No 1094 di Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman, kota Yogyakarta.
Menurutnya, semangat berkoperasi serta informasi tentang KSP Kopdit Pintu Air terus meningkat melalui pendidikan bulanan yang diadakan di halaman kantor.
Adapun materi pendidikan yang diberikan antara lain tentang sejarah berdirinya KSP Kopdit Pintu Air, filosofi nama Pintu Air dan dinamika kelompok.
“Pendidikan literasi keuangan dan AD/ART diberikan setiap hari melalui WA Group dalam bentuk 10 tanya-jawab,” katanya.
Kelompok Baru
Guido mengatakan, upaya untuk merekrut anggota dan membentuk kelompok baru terus mereka lakukan setelah pandemi Covid-19. Pada awal 2022 mereka melakukan pendekatan ke kelompok paguyuban di sebuah dusun Mbometen di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten.
“Penduduk di dusun ini bermata pencaharian sebagai petani sawah, peternak sapi, bebek serta sebagai tukang kayu dan batu,” tuturnya.
“Ketua kelompok yang juga sebagai ketua RT memberi kami akses untuk sosialisasi tentang KSP Kopdit Pintu Air. Brosur kami bagikan, stand banner kami pasang. Alhasil 14 orang langsung mendaftar menjadi anggota. Terbentuklah kelompok baru namanya kelompok Mbometen. Tiap minggu ketiga kami adakan pertemuan RAB dan pelayanan simpan pinjam serta sosialisasi lanjut di kelompok ini,” tambahnya.
Kemudian pada 26 Mei 2022, lanjut Guido, ia sebagai ketua komite bersama Elias Nuwa selaku ketua kelompok Papringan mengadakan sosialisasi di Dusun Nogosari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.
“Penduduk dusun ini berpencaharian sebagai petani bawang merah, peternak, dan berladang. Sosialisasi di dusun ini juga berhasil. Tanggal 1 Juni 2022, sebanyak 14 penduduk dusun ini mendaftar menjadi anggota dan langsung terbentuk kelompok baru dengan ketua Bapak Supardi” ujarnya.
“Harapan kami 14 anggota baru ini akan membantu mengajak anggota keluarga, tetangga, dan teman untuk menjadi anggota,” imbuhnya.
Dengan bertambahnya anggota baru dari dua kelompok ini, kata dia, maka jumlah anggota Kopdit Pintu Air KCP Yogyakarta saat ini menjadi 410 orang.
Kendala
Guido menyatakan kendala yang mereka hadapi saat ini adalah kurangnya pengurus yang melayani anggota.
“Bertambahnya jumlah anggota dan terbentuknya kelompok baru perlu diimbangi dengan bertambahnya jumlah personel yang melayani anggota. Hingga saat ini personel hanya ada 4 orang: Ketua Komite, Pjs Kasir, Pjs ADK, dan cleaning service. Ke 4 personel ini tersdiri dari 1 pria dan 3 perempuan. Hal ini menjadi kendala dalam memberikan pelayanan yang lebih cepat dan baik,” tuturnya.
KCP Yogykarta, kata dia, sangat membutuhkan tenaga pria untuk AO (Account Officer). Sebagai solusi atas kendala ini, sebagai ketua komite, Guido mulai mendayagunakan ketua kelompok.
“Langkah pertama dengan mensosialisasikan pola kebijakan berbasis kinerja. Kegiatan ini diadakan bersamaan dengan Rapat Anggota Bulanan (RAB) yang dilaksanakan pada Minggu, 12 Juni 2022. Para ketua kelompok sebagai ujung tombak diberi pemahaman tentang pola kebijakan berbasis kinerja, yang merujuk pada empat indikator: pertumbuhan anggota, pelepasan pinjaman, pendapatan bunga dan anggota aktif,” urainya.
“Langkah kedua akan diberikan pendidikan dasar bagi para ketua kelompok dan beberapa anggota sebagai pengkaderan. Melalui pendidikan dasar ini motivasi serta pengetahuan berkoperasi yang benar diharapkan meningkat. Pendidikan dasar untuk ketua kelompok terasa sangat urgen karena ketua kelompok adalah ujung tombanya KCP/Cabang. Apabila ketua kelompok berhasil meningkatkan, pertumbuhan anggota, meningkatkan volume pinjaman, meningkatkan pendapatan bunga pinjaman, dan mempertahankan anggota aktif, maka Cabang/KCP akan berkembang pesat. Pola kebijakan berbasis kinerja ini menarik karena lembaga juga memberikan penilaian dan penghargaan kepada ketua kelompok, sesuai hasil kerja mereka,” pungkasnya.