Mbay, Ekorantt.com – Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Nagekeo mendesak pemerintah meninjau kembali kebijakan kenaikan tarif masuk TN Komodo, Labuan Bajo dari sebelumnya Rp200 ribu menjadi Rp3,75 juta.
Peninjaun kembali dimaksud untuk kepentingan ketahanan pariwisata di Labuan Bajo, tak terkecuali di sejumlah wilayah di daratan Flores.
“Karena kebijakan itu mengakibatkan kemunduran perkembangan pariwisata kita, juga ekonomi dari bidang pariwisata,” ujar Ketua HPI Nagekeo Yohanes Niku setelah dihubungi Ekora NTT, Selasa siang.
Yohanes berkata, rasionalisasi dalam penetapan harga tiket ke tempat wisata menjadi hal penting dan diutamakan. Sehingga ia menyayangkan penetapan kebijakan kenaikan tarif pemerintah enggan melibatkan praktisi pelaku wisata.
“Jadi, kami mengusulkan untuk meninjau kembali kenaikan tiket masuk yang menjadi polemik. Rasionalisasi (harga) penting. Kita boleh menjual sesuatu tapi harga harus rasional,” kata dia.
Yohanes akhirnya membeberkan dampak dari ketidakrasionalnya penetapan harga tiket masuk ke TN Komodo
yang membawa dampak buruk bagi pariwisata di Nagekeo dan daerah lain di Flores.
Sebab, baginya, Labuan Bajo masih menjadi sandaran perkembangan wisata lain yang ada di wilayah daratan Flores-Lembata.
“Karena dengan naikknya tiket masuk atau kebijakan itu lalu muncul gejolak yang kemudian terjadi pembatalan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo termasuk di Nagekeo,” tutur Yohanes.
Untuk itu, Yohanes meminta pemerintah agar meninjau kembali penetapan harga tiket ke TN Komodo yang membawa dampak negatif bagi pariwisata di daerah lain.
Sebaliknya, ia meminta pemerintah untuk memperkuat atau memback-up terlebih dahulu over land Flores.
“Kalau dia (wisatawan) tidak datang di Labuan, tapi tamu bisa explore di Flores. Kalau sekarang belum bisa karena semua lewat Labuan Bajo,” ujar Yohanes menjelaskan.