Gubernur Laiskodat Ajak Masyarakat Cintai Tenun NTT

Kupang, Ekorantt.com – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak masyarakat untuk mencintai tenun NTT. Caranya yakni dengan menggunakan atau memakai pakaian dari kain tenun.

Memakai produk dari tenun, kata Laiskodat, berdampak pada peningkatan produksi pelaku UMKM, berikutnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Karena itu diharapkan, produk kain tenun dipakai secara masif di seluruh kabupaten/kota di NTT.

“Contohnya seluruh kabupaten, dua sampai tiga hari diwajibkan pakai tenun ikat. Satu hari pakai motif daerah dan dua hari pakai tenun ikat. Di gereja-gereja, sekolah-sekolah, dan tempat-tempat lainnya pakai itu tenun ikat,” kata Laiskodat saat membuka Festival Exotic Tenun 2022 di Lippo Mall Kupang, Jumat, 12 Agustus 2022.

“Saya harapkan instansi-instansi vertikal juga dapat mewajibkan para karyawan memakai tenun ikat satu atau dua hari dalam seminggu. Kita harus tunjukkan kebanggaan memakai karya intelektual yang hebat ini,” tambahnya.

Menurut Laiskodat, tenun ikat NTT merupakan karya intelektual yang tidak kalah hebatnya dengan karya Leonardo Da Vinci atau karya Michaelangelo.

Pasalnya, motif hasil karya tenun NTT tidak dapat dilihat secara kasat mata karena bersifat abstrak. Setiap motif tenun itu dihasilkan dari pemikiran sang penenun.

Keberhasilan para penenun menghasilkan motif mencirikan para penenun memiliki kemampuan intelektual yang sangat tinggi.

“Tenunan NTT dikerjakan oleh ibu-ibu yang berintelektual tinggi di seluruh NTT. Mereka hasilkan tenun ini sudah sejak ribuan tahun lalu. Ini karya artistik yang luar biasa,” kata Laiskodat.

Laiskodat membandingkan proses pembuatan kain tenun dan pakaian seperti baju.

Dalam proses pembuatan baju, terlebih dahulu dibuatkan model selanjutnya di potong sesuai pola gambar. Sedangkan kain tenun itu sangat berbeda.

“Produk kain tenun tidak dibuat dari pola-pola yang sudah konkret yang kita bisa lihat dan tiru. Tapi, semua polanya lahir dari imajinasi pembuatnya. Itu ciri orang pintar,” tandas politis Nasdem ini.

“Jadi ini bukan hasil karya kerajinan tangan, tapi karya intelektual dari perempuan-perempuan Timor, Sumba, Flores, Alor, Sabu, Rote Ndao, Adonara, Lembata dan lain-lain,” pungkasnya.

Patrik Padeng

spot_img
TERKINI
BACA JUGA