Ende, Ekorantt.com – Wakil Bupati Ende Erikos Emanuel Rede meminta para tenaga kesehatan (nakes) terutama bidan desa dan perawat untuk memberikan pendampingan dan advokasi terhadap pola makan ibu hamil.
Hal ini disampaikan Erikos pada kegiatan publikasi data stunting hasil operasi timbang (surveilans) bagi lintas sektor di Aula Syuradikara Mart, Rabu (26/10/2022).
Pravelensi kasus baru stunting, kata Erikos, justru disebabkan oleh adanya kondisi ibu hamil yang kurang sehat serta pola makan bergizi yang tidak teratur.
“Kita perhatikan betul pola makan, dan keadaan gizi ibu hamil. Harus dimulai dari situ. Saya harapkan para perawat dan bidan desa untuk beri edukasi mendalam kepada pasangan usia subur bahwa kehamilan harus dipersiapkan matang agar tidak beresiko pada gizi butuk atau kematian,” tegas dia.
Erikos menyebutkan meski angka stunting di Kabupaten Ende turun menjadi 8,9 persen dari 13 persen namun, munculnya kasus baru menjadi hal yang segera direspon dengan penanganan serius.
“Kita apresiasi bagi semua pihak terutama para nakes yang telah berjuang mengatasi gizi buruk. Namun fokus kita juga harus diarahan pada kesehatan ibu hamil,” ujar Wabup Erik.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dr. Aries Dwi Lestari dalam penyampaian materinya mengatakan bahwa data dinas dari hasil pengukuran status gizi balita pada Agustus 2022 menggunakan aplikasi e-PPGBM sebanyak 19.586 anak prevalensi angka stunting sebesar 8,9 persen (1.749 balita stunting).
“Prevalensi angka stunting menurun dari penimbangan dari tahun 2021 sebesar 14,3 persen (2.775 balita stunting) terjadi penurunan sebesar 5,4 persen dengan jumlah balita yang ukur sebanyak 19.366 anak,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa telah terjadinya penurunan angka stunting selama 5 tahun berturut-turut, dari tahun 2018 sampai tahun 2022. Datanya pada tahun 2018 (32,8 persen), 2019 (20,7 persen), 2020 (17,4 persen), 2021 (14,3 persen) dan 2022 (8,9 persen).
Prevalensi stunting Agustus 2022 tertinggi dari Kecamatan Wolojita (22,8 persen), Maukaro (20,6 persen), Watuneso (18,3 persen), Peibenga (16,0 persen) dan Detusoko (15,3 persen).
Sedangkan empat kecamatan dengan angka stunting tertinggi dari Kecamatan Maukaro (126), Kota Baru (120), Watuneso (118), Nangapanda (117) dan Wolojita (88).
“Penurunan stunting sesungguhnya berkat kerja sama semua pihak yang turut membantu pencegahan dan penanganan stunting di Kabupaten Ende mulai dari tingkat desa, kecamatan dan puskesmas,” kata dia menadaskan.