Sanggatta, Ekorantt.com – Manajer KSP Kopdit Pintu Air KCP Sangatta, Agnes Wenti Anggreni bertekad merangkul warga lokal Kutai Timur masuk menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air.
Sejauh ini, tim manajemen dan komite lebih banyak mengajak warga diaspora NTT untuk bergabung menjadi anggota Koperasi Pintu Air.
Demikian disampaikan Anggreni saat menjawab pertanyaan Ekora NTT di ruang kerja Kantor KSP Kopdit Pintu Air Sangatta, Jalan Hidayah Tula, Kelurahan Teluk Lingga, Kecamatan Sangatta Utara, Senin (21/11/2022).
Diakuinya, sejak tiba di Kabupaten Kutai Timur pada Oktober 2018 silam, banyak orang yang berasal dari NTT sudah masuk menjadi anggota Pintu Air.
Anggreani melanjutkan, ada penduduk lokal yang mengira, untuk menjadi anggota Pintu Air hanya khusus bagi orang NTT semata.
“Awal-awal ketika saya pindah dari Maumere dan tinggal di Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur banyak orang asli yang mengira Pintu Air itu hanya untuk orang NTT,” tuturnya.
Sampai dengan saat ini, jumlah anggota diaspora NTT di Sangatta mencapai 70 persen, sementara 30 persen sisanya warga lokal.
Menyadari akan hal ini, Anggreni bertekad untuk mensosialisasikan kepada penduduk asli yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Apalagi, lanjut Anggreni, setelah peningkatan status dari KCP menjadi Kantor Cabang; tentu warga tidak ragu-ragu lagi untuk bergabung.
Dikisahkannya, awal kedatangannya di bumi seribu sungai itu sungguh-sungguh seperti ujian karena banyak daerah yang baru dengan jarak tempuh sangat jauh.
“Jauhnya jarak perjalanan yang membutuhkan waktu 5 jam menuju ibu kota Kabupaten Kutai Timur, ketiadaan jaringan komunikasi menjadi faktor penghambat,” katanya.
Bagi Anggreni, ia tetap bekerja maksimal. Berkat komunikasi intens dengan Kantor Pusat di Rotat, akhirnya permasalahan ini dapat teratasi.
Ketua KSP Kopdit Pintu, Yakobus Jano merekomendasikan Anggreni supaya mencari kontrakan di Kota Sangatta yang saat ini menjadi kantor cabang milik Pintu Air.
Pada awal tugasnya, kisah Anggreni, ia diantar oleh Humas Pintu Air Vinsensius Deo dengan anggota baru 20-an orang.
Mereka adalah perantau yang sudah menjadi anggota sejak masih di Maumere-Flores dan merantau ke Pulau Kalimantan.
“Mereka umumnya keluarga saya dari Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka yang rantau ke sini, yang kerja di pertambangan dan di kebun sawit,” jelas Anggreni.
Berkat ketekunannya, ia akhirnya mendapat kepercayaan menjadi manajer.
Ia pun menerima kepercayaan tersebut semakin menuntut dirinya bekerja lebih semangat lagi.
Alhasil sampai akhir Oktobrr 2022, Anggreni bilang, jumlah anggota telah mencapai 1.060 orang dengan aset Rp8,8 miliar.
Lebih jauh, simpanan saham Rp4,4 miliar dan simpanan non saham Rp1,3 miliar serta pinjaman beredar Rp5 miliar lebih.