Larantuka, Ekorantt.com – Gustina Yunita Widin (7), gadis cilik yang berasal dari Dusun Podor, Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, tampak tak berdaya karena menjadi penyandang disabilitas sejak lahir.
Anak pasangan Yohanes Duru Widin dan Indria Anjelina Ema Boruk merasakan getir teramat dalam kala Yuni, sapaan manisnya, terlahir dengan kondisi kaki tak normal atau kecil dan mata yang buta.
Walau demikian, pasutri yang berprofesi sebagai petani setiap harinya, tetap berjuang menjaga, merawat, dan memberikan kasih sayang kepada Yuni, gadis cilik mereka.
Yuni sendiri lahir sebagai anak ke-6 yang lahir pada tanggal 11 Desember 2015 atau 7 tahun silam. Ia lebih lanjut berkisah, Yuni lahir di Puskesmas Boru dan sesaat kemudian langsung dirujuk ke Rumah Sakit Larantuka.
“Ketika lahir berat badan 1 kilogram. Kondisi kaki bagian lutut ke bawah tidak normal atau kecil. Kedua matanya buta,” ujar Anjelina.
Kondisi ini tidak mengurangi totalitas dari Anjelina dan Yohanes untuk mengasuh Yuni dengan penuh kasih sayang.
“Yang jelas saya tiap hari di rumah saja dan tidak bisa membantu suami bekerja di kebun,” tuturnya kepada Martina Mina.
Anjelina lebih jauh mengatakan, mereka adalah keluarga sederhana dan tidak mampu. Ia mengaku, selama 7 tahun berjalan, dengan perjuangan merawat Yuni, tak ada bantuan yang mereka terima.
“Apalagi anak Yuni. Ya, saya hanya mohon bantuan kepada donatur atau siapa saja kiranya berkenan membantu anak Yuni dengan kursi roda dan kebutuhan hidup lainnya,” pinta Anjelina.
Sementara Martina Mina, Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Boru mengatakan, ketika berkunjung ke Dusun Podor, ia merasa tersentak dan larut dalam kesedihan lantaran melihat kondisi Yuni yang tak berdaya.
“Rumah mereka masuk kategori rumah tidak layak huni berukuran 7×3 meter dan terlihat seperti darurat. Atap seng bekas yang sudah karatan. Dinding dari keneka (cincangan bambu). Lantainya dari semen yang sudah berantakan,” pungkas Martina.