Larantuka, Ekorantt.com – Ratusan warga membeludak di sepanjang jalan Kelurahan Lohayong sampai Kelurahan Pohon Siri, Kecamatan Larantuka pada pukul 19.30 Wita, Rabu, 5 April 2023.
Mereka sedang menikmati tradisi memukul tiang dan menyeret seng di sepanjang jalan kota tua itu. Derit seng yang menyentuh bibir aspal hingga menimbulkan gesekan dan menyebabkan bunyi-bunyian panjang selama 5 menit.
Aksi ini dilakukan oleh beberapa remaja di mana terjadi dari Kapela Tuan Ana (Putra Allah) menuju Kapela Tuan Ma (Bunda Allah).
Hal itu menandakan tanda kabung dan duka, saat memasuki Tri Hari Suci, khususnya dimulai tepat pada Rabu Trewa.
Rabu Trewa merupakan tradisi guna mengenang Yesus ditangkap serta diarak dan kemudian disalibkan di atas bukit Tengkorak atau Golgota.
Uniknya, beberapa peziarah dari luar daerah pun ikut menonton tradisi bunyi-bunyian jelang Tri Hari Suci di sepanjang taman kota Felix Fernandez tersebut.
Dari beberapa peziarah yang ikut menonton tradisi Rabu Trewa itu, terdapat dua peziarah paruh baya duduk pada kursi roda. Para peziarah yang menamakan diri komunitas Frans Tour itu berjumlah 23 orang.
“Sungguh mengagumkan, karena banyak hal baru yang kita tahu di Flores Timur, baik alamnya, budayanya dan tradisi,” ujar Enjel Pratiwi dari Komunitas Frans Tour Jakarta.
Enjel Pratiwi mengatakan, tujuan kehadiran mereka di Larantuka guna mengikuti Prosesi Semana Santa.
“Saat nonton Rabu Trewa, awalnya kaget karena gaduh. Kegaduhan ini memang seperti bentrok, tapi kita diberitahu bahwa itu memang suatu kebudayaan bukan karena ada bentroknya,” katanya.
Lebih jauh ia mengatakan, timnya akan berada di Larantuka selama 5 hari ke depan. Setelah itu mereka akan ke Maumere dan bakal mampir di Danau Kelimutu, Ende.
Sementara itu, Maria Veronika Kusuma Jaya, perempuan kelahiran 31 Juli 1960 itu terlihat senang karena ikut ambil bagian menonton tradisi Rabu Trewa di kota Larantuka.
“Bangga, senang. Larantuka itu memang beda ya, tidak sama di Jawa dari soal tradisi,” ungkapnya senang.
Sementara itu, Siwi Dwi Niti Swati, peziarah dari Jakarta mengatakan bahwa ia sudah lama mendengar nama Semana Santa.
Ia cukup terbantu dengan literatur soal Semana Santa dari kakak Iparnya, yang kebetulan berasal dari Larantuka dengan marga Diaz.
“Ini pertama kali saya datang ke Larantuka. Saya juga ingin tahu tentang Semana Santa, yang memiliki tradisi yang hebat sekali. Saya kan buat status, banyak yang komentar ‘wah di mana itu?’ Saya bilang di Larantuka. Mereka bilang ikut-ikut. Kelihatan tahun depan pasti mereka ikut,” pungkas Siwi Niti.