Pemimpin Minim Tindakan

Oleh: Riko Raden*

Ekora NTT pada 23 Maret 2023 menurunkan berita tentang penderitaan warga karena tidak ada listrik, air bersih dan infrastruktur jalan kurang baik. Kejadian ini di kampung Borablupur, Dusun Klotong, Desa Bura Bekor, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, NTT.

Berita tersebut menarasikan, di kampung ini sudah puluhan tahun hidup dalam keterbatasan. Kalau malam hari, warga kampung hanya menggunakan lampu pelita. Ada juga akses air bersih yang kurang dan infrastruktur masih jalan tanah. Ketika ada warga setempat yang sakit, meninggal ataupun ibu-ibu yang hendak melahirkan, warga harus menandunya.

Miris sekali. Kata merdeka tak pernah dirasakan oleh warga kampung Borablupur. Bagi mereka, kemerdekaan hanya milik orang-orang tertentu; mungkin orang kaya atau para pemimpin saja. Inilah suasana dalam negeri kita. Di atas kertas, sudah merdeka dan semua penjajah harus dihapuskan.

Tapi, ini sekadar kata-kata euforia saja bagi warga kampung Borablupur. Buktinya, mereka terus dijajah oleh penderitaan akibat ketidakadilan yang dilakukan para pemimpin kita.

iklan

Minim Tindakan

Hemat Penulis, fakta warga kampung Borablupur menunjukkan bahwa Pemkab Sikka minim tindakan. Jika demikian, sebentar lagi, kita akan mengadakan pesta demokrasi.

Setidaknya beberapa hal penting yang akan dicapai pada pelaksanan pesta demokrasi pemilihan umum yaitu memberikan kesempatan kepada warga negera untuk menggunakan hak politiknya, terjadinya pergantian pemimpin secara konstitusional, meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan terakhir mempertahankan kedaulatan rakyat dan tetap tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia.

Dalam pesta demokrasi ini, rakyat Indonesia diberikan hak seluas-luasnya menentukan pilihan sesuai dengan hati nurani dengan tetap mengedepankan saling menghormati perbedaan serta menjaga persatuan sebagaimana tertuang dalam Pancasila. Jadi, rakyat juga mesti cerdas memilih pemimpinnya. Artinya, lebih baik memilih pemimpin yang tidak banyak omong, tapi banyak berbuat.

Terlepas dari hak memilih, harapan masyarakat ialah bahwa pesta demokrasi tahun ini bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas dan selalu memperhatikan kepentingan masyarakat kecil. Banyak para pemimpin kita minim tindakan. Ini bukan rahasia lagi. Ada semacam adigium bahwa kekuasaan cenderung mengkorupsikan dirinya sendiri.

Oleh karena itu orang yang memiliki uang mencari kekuasaan, kalau uang sudah lebih banyak lalu mencari kekuasaan yang lebih besar, begitu pun seterusnya. Pada akhirnya keserakahan merajalela dalam berbagai bentuknya, antara lain korupsi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa profesi politisi hanya digunakan untuk mencari nafkah, bukan lagi menjadi profesi mulia yang pantas dijalani secara lebih bermartabat.

Mengapa demikian? Karena banyak yang terjun ke dunia politik masih dengan mentalitas animal laborans, yakni memiliki oreintasi kebutuhan hidup dan obsesi akan siklus produksi-konsumsi sangat dominan. Hasilnya, setelah pesta demokrasi, banyak melahirkan para pemimpin yang minim tindakan.

Rakyat Butuh yang Solider

Kepemimpinan yang melayani merupakan suatu tipe kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat. Masyarakat butuh yang solider dengan mereka dan memiliki orientasi untuk melayani dan punya cara pandang holistik sehingga mampu memimpin dengan standar moral spiritual.

Seorang pemimpin tak dapat dilepas-pisahkan dari moralitas. Moralitas adalah dasar kepemimpinan. Moralitas kepemimpinan mesti melekat dalam diri seorang pemimpin dan menjadi bagian dari pola laku, sikap, tutur kata, dalam keseluruhan hidupnya (Isidorus Lilijawa, 2010: 234).

Tipe pemimpin model ini sulit ditemukan dalam negeri ini karena minimnya sikap solider dengan masyarakat kecil seperti yang dialami oleh warga kampung Borablupur. Mereka sudah puluhan tahun hidup dalam penderitaan. Mereka tidak bisa menikmati hidup yang bahagia itu seperti apa. Mereka terus diliputi oleh penderitaan yang tak kunjung usai. Lalu, apa tindak-lanjutnya?

Bonum Commune

Untuk menciptakan kebaikan bersama (bonum commune), maka sikap keadilan harus diutamakan. Rakyat tetap memperjuangkan keadilan sementara para pemimpin juga mesti meninggalkan egoisme keluarga dan kelompok demi terciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Para pemimpin harus menciptakan politik bermartabat yang dijalankan secara etis, santun, elegan, simpatik dan empatik.

Fakta saat ini, penderitaan rakyat kecil tumbuh dari ketidaksadaraan para pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Kita menyaksikan para penguasa memimpin dengan “kegelapan nurani”. Yang terjadi adalah manipulasi ruang publik untuk menjadi “ruang horor”, tempat di mana kekuatan gelap bermain (Felix Baghi, 2014: xii).

Dampaknya, para pemimpin menutup diri terhadap ritihan dari bawah. Suara di pinggir jalan diabaikan. Untuk itu, menjelang 2024 nanti, semoga warga kampung Borablupur bisa bebas ‘ruang horor’ tersebut.

Tentu, mesti ada pemimpin yang membuka mata, mampu mendengarkan, melihat, dan mencari solusi untuk memperbaiki kondisi tersebut. Di sini, harus ada pemimpin yang mempunyai spirit gembala yang berani keluar dari zona nyaman dan turun ke tengah masyarakat merasakan apa yang dirasakan masyarakatnya sendiri.

*Tinggal di Unit Fransiskus Ledalero

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA