Ende, Ekorantt.com – Desa Pemo merupakan salah satu desa penyangga kawasan wisata Danau Kelimutu. Secara administratif, Desa Pemo berada di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.
Panorama alam Desa Pemo sangat menakjubkan. Hawa sejuk khas daerah pegunungan bikin siapa saja yang berkunjung betah.
Bukit dan lembah saling mengapiti, berbalut hijaunya perkebunan kopi warga. Perkebunan itu bisa dijadikan spot wisata yang mendatangkan keuntungan ekonomi bagi warga desa.
Selain perkebunan kopi, ada pula perkebunan kemiri, jagung, padi, jambu mete, bambu, pisang, kacang-kacangan dan lain-lain. Ada juga fauna seperti gurung garugiwa, monyet, kuda, dan hewan peliharaan masyarakat setempat.
Berbagai kekayaan alam, baik flora dan fauna ini menjadi salah satu pilihan bagi pengunjung untuk berwisata, di samping ke danau tiga warna. Asalkan dikelola dengan konsep ekowisata yang mumpuni, pasti akan memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat.
Menariknya, Desa Pemo memiliki kekayaan budaya, selain daya tarik alam. Masyarakat setempat, misalnya, masih menjalankan proses pembuatan rumah adat yang dilakukan lima tahun sekali. Mereka juga memiliki tradisi menenun yang diwariskan nenek moyang dan pembuatan alat musik dari kulit binatang.
Khusus menenun, warga Desa Pemo masih melestarikan tenun tradisional. Hal ini tampak dari proses dan penggunaan bahan baku alami.
Mulai dari pengolahan kapas mentah menjadi benang, proses pewarnaan yang masih tradisional dengan menggunakan tumbuhan alami sebagai pewarna, hingga proses tenun yang dilakukan secara manual atau tradisional, tanpa ada sentuhan teknologi modern.
Selanjutnya, wisata budaya yang masih terawat dengan baik hingga sekarang adalah upacara Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata atau Pati Ka Ata Mata. Ritual ini merupakan ritual adat memberi makan kepada orang yang sudah meninggal. Dalam upacara ini, ada ucapan syukur atas apa yang masyarakat menikmati selama setahun.
Ritual Pati ka du,a bapu ata mata biasanya dilaksanakan pada setiap tanggal 14 Agustus sebagai puncak dari kegiatan Sepekan Festival Danau Kelimutu yang digagas Pemerintah Kabupaten Ende. Selain dihadiri wisatawan dan tamu penting lainnya, Acara ini dihadiri mosalaki dari 20 persekutuan adat desa-desa penyangga Kelimutu, yakni Koanara, Woloara, Pemo, Nuamuri, Mbuja, Tenda, Wiwipemo, Wologai, Saga, Puutuga, Sokoria, Roga, Ndito, Detusoko, Wolofeo, dan Kelikiku.
Pusat ritual adat dilakukan di Pere Konde yaitu sebuah tugu tiang pancang semacam misbah tempat persembahan dan sesajen diletakan. Ritual tersebut dipimpin seorang Mosalaki.
Setelah sesajen diletakkan maka para pemangku adat memulai prosesi adat dengan menari memutari sajen-sajen yang sudah disiapkan yang dalam bahasa setempat disebut Gawi. Isi sajen berupa nasi merah, daging babi, tembakau, sirih pinang, dan moke.
Yang tidak kalah hebatnya juga adalah cara hidup warga desa setempat. Mulai dari cara bercocok tanam hingga karakteristik masyarakat, menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan.
Bayangkan bila berkunjung ke Pemo, kemudian disambut keramahan warga, tentu memberikan kesan yang baik bagi wisatawan. Lalu menikmati alam dan budaya yang indah, sungguh pengalaman yang sangat berkesan.
Yang menjadi catatan bagi pemerintah dan masyarakat setempat adalah fasilitas umum yang belum memadai, seperti toilet. Kekurangan ini harus lekas diperbaiki.
Ditambah dengan terobosan pemerintah untuk mendorong konsep ekowisata yang berkualitas. Yakinlah, Desa Pemo bisa menjadi desa wisata yang hebat.