Mbay, Ekorantt.com – Kaki kanan Elita Ngole (55), guru kelas 1 SDN Tasikapa, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT, terluka akibat tertindih batu pada 12 September 2023 lalu. Darah mengalir bersama air di tengah derasnya arus aliran di Kali Aesesa.
Elita berteriak lalu menangis. “Kaki saya luka, batu licin dan tindis kaki saya,” ujar dia.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 17.00 Wita. Saat itu, Elita bersama sedikitnya 10 guru kembali pulang ikut kegiatan kelompok kerja guru (KKG) di SDN Natakupe.
Sekolah itu terletak di sebelah sungai yang lebar sekitar 100 meter. Para guru harus melintas sungai itu karena belum ada infrastruktur jembata penghubung yang memadai.
Elita bercerita, sudah dua kali melintas Kali Aesesa dalam kegiatan KKG dan pendampingan program numerasi, kerja sama Pemkab Nagekeo dan INOVASI. Program tersebut menyasar pada guru kelas 1, 2, dan 3 untuk selanjutnya mengimplementasi dalam kelas.
“SDN Natakupe menjadi tuan rumah kegiatan KKG numerasi. Saya guru kelas 1, jadi saya harus ikut demi anak-anak,” kata dia.
Elita harus menempuh jarak 5 kilometer dari rumahnya ke Kali Aesesa. Selanjutnya, ia dan para guru menyeberangi sungai itu dengan kedalaman lebih dari 1 meter.
Setelah itu, mereka harus berjalan kaki 5 kilo meter lagi di jalan terjal untuk bisa sampai di tempat kegiatan.
“Tidak ada kendaraan. Jalan semua mendaki, badan berkeringat,” kata guru yang sudah 13 tahun mengajar di SDN Tasikapa.
Yakoba Masina (40), Fasilitator daerah (Fasda) program numerasi di gugus 2 Aesesa Selatan menambahkan para guru terpaksa membawa dua pasang pakaian setiap kali kegiatan.
“Satu pasang pakaian bebas, satunya lagi pakaian dinas,” ucap Yakoba.
Pakaian bebas dikenakan saat menyeberangi sungai. Tiba di sekolah, para guru menggantikan pakaian dinas untuk ikut kegiatan.
“Pakaian tadi kami jemur. Pulang nanti kami ganti pakaian bebas. Yah, kami jemur di sekolah,” kata dia.
Ia menerangkan saat menyeberangi sungai dilakukan berbaberangan. Para guru bahu membahu saling berpegangan tangan untuk mengunjuk kekuatan melawan arus air.
Selain itu, banyak batu berlumut dan licin yang bisa membawa risiko. “Sehingga jalan harus pelan dan berlahan. Semua tetap berhati-hati,” katanya.
Derasnya aliran sungai Aesesa, Yakoba melanjutkan, bukan jadi halangan bagi Elita dan guru kelas rendah lainnya. Para guru berantusias mengikuti program numerasi yang kini sedang didorong oleh Pemerintah Kabupaten Nagekeo.
Ia menambahkan daya juang guru dalam kegiatan dua kali dalam sebulan itu untuk meningkatkan pemahaman guru dalam mendidik anak-anak di sekolah masing-masing.
“Mereka berkolaborasi, saling diskusi, dan mendapatkan pendampingan dari kami. Setelah itu mereka pulang dan terapkan di kelas,” kata Yakoba.