Kupang, Ekorantt.com – Penjabat Gubernur NTT Ayodhia G. L. Kalake mengapresiasi implementasi program Digital Farming milik Bank Indonesia Provinsi NTT.
“Saya memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia yang turut menjalankan instruksi Presiden,” ucap Ayodhia saat kegiatan panen cabai di Lahan III GS Organik Desa Baumata Timur, Kabupaten Kupang pada Selasa, 17 Oktober 2023.
Panen perdana cabai tersebut merupakan program Digital Farming Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi NTT.
Menurut Ayodhia, budi daya cabai merupakan sinergitas antara Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi NTT dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2023.
“Kita apresiasi kegiatan hari ini yang diinisiasi oleh KPw BI Bank Indonesia melalui implementasi program Digital Farming,” ucap dia.
Ayodhia menjelaskan, Digital Farming adalah penggunaan alat digital untuk mengukur pH tanah yang terkoneksi dengan smartphone.
Hal ini tentu saja terobosan inovasi yang sangat baik dan apalagi sejalan dengan instruksi Presiden yakni memperkuat sarana dan pra sarana pertanian.
Dia juga mengapresiasi dukungan Bank Indonesia Perwakilan NTT dalam menyediakan sarana informasi harga pangan menggunakan Local Economic Development (LED) atau pengembangan ekonomi lokal di pasar-pasar, dan juga subsidi ongkos angkut untuk operasi pasar murah yang bekerja sama dengan Bulog.
Hal ini juga menurut dia, sejalan dengan instruksi Presiden yaitu mengoptimalkan anggaran dan belanja daerah.
“Ini berguna untuk pengendalian inflasi. Saya juga minta prestasi yang telah diraih sebagai champion dalam TPID Awards 2023 perlu dipertahankan. Kita perlu tingkatkan kolaborasi untuk memajukan ekonomi sehingga terwujud NTT Maju NTT Sejahtera,” kata Ayodhia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTT Dony S. Heatubun menjelaskan implementasi Digital Farming pada lahan GS Organik dan implementasi Integrated Farming pada Ponpes Hidayatullah Batakte merupakan salah satu wujud untuk mendukung program pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam pengendalian inflasi.
“Metode Digital Farming terdiri dari penggunaan alat digital untuk mengukur pH tanah yang diintegrasikan pada smartphone, implementasi irigasi tetes, dan pemasaran online melalui marketplace,” kata Dony.
Ia mengatakan, Digital Farming merupakan salah satu upaya Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM di bidang klaster pangan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan strategis.
Selain meningkatkan kapasitas, pemberian bantuan teknologi ini juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi biaya, peningkatan daya saing dan perluasan pasar UMKM.
Dony menjelaskan, KPw Bank Indonesia NTT juga mengimplementasikan Integrated Farming pada Pondok Pesantren Hidayatullah Batakte.
Tujuannya untuk memperkuat ekosistem rantai nilai halal, dan pengembangan kemandirian ekonomi pesantren sebagai bagian dari kebijakan bauran Bank Indonesia.
“Selanjutnya program Digital Farming yang ada di GS Organik ini kami replikasikan ke program Integrated Farming di Ponpes Hidayatullah. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya sinergi dan menjaga daya saing serta sustainability produk hortikultura sehingga turut menjaga ketahanan pangan dan menekan gejolak inflasi dari volatile food,” kata Doni.
Untuk diketahui, di atas lahan III GS Organik seluas satu hektare tersebut ditanami 10.000 pohon cabai dan tanaman hortikultura lainnya.