KSR PMKRI Regio Flores Bahas Pemilu dan Kemiskinan Masyarakat

Ruteng, Ekorantt.com – Konferensi Studi Regional atau disingkat KSR merupakan salah satu bagian dari pembinaan formal berjenjang yang ada dalam tubuh PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia).

Kegiatan KSR 2023 diselenggarakan oleh Komda Flores, bertempat di Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. PMKRI Cabang Ruteng pun berperan sebagai tuan rumah.

Kegiatan bertajuk ‘Pemilu dan Kemiskinan Masyarakat Pulau Flores’ ini berlangsung selama empat hari, sejak 4 hingga 8 November 2023.

Ketua panitia kegiatan Maria Klotilda Safrina menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk mempertajam daya analisis anggota PMKRI terhadap situasi sosial kemasyarakatan dan isu yang sedang berkembang di Regio Flores.

“Anggota PMKRI minimal memiliki pemahaman dan informasi serta pengetahuan yang baik terhadap kondisi objektif yang terjadi di regionya, sehingga dapat membantu masyarakat dalam mencari solusi atas suatu persoalan,” ujarnya saat membacakan laporan panitia pada pembukaan sidang kehormatan KSR PMKRI Komisariat Daerah Flores di Aula Wisma Atlet Golo Dukal Ruteng, Kabupaten Manggarai, Sabtu, 4 November 2023.

Klotilda menyebut, PMKRI memandang kontestasi Pemilu 2024 merupakan ajang melahirkan pemimpin yang dapat memecahkan berbagai dinamika persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, terutama masalah kemiskinan di Pulau Flores.

Berdasarkan data BPS NTT tahun 2022, kata dia, terdapat beberapa angka kemiskinan di beberapa kabupaten di Pulau Flores. Kabupaten Manggarai Barat sebesar 17,15%, Kabupaten Manggarai sebesar 19,84%, Kabupaten Manggarai Timur sebesar25,35%, Kabupaten Ngada sebesar 11,93%, Kabupaten Nagekeo sebesar 12,05%, Kabupaten Ende sebesar 23,00%, Kabupaten Sikka sebesar 12,61%, dan Kabupaten Flores Timur sebesar 10,75%.

Kegiatan seminar nasional dalam rangka pembukaan Konferensi Studi Regional Regio Flores PMKRI St. Thomas Aquinas di Aula Missio Kampus Unika St Paulus Ruteng, Sabtu, 4 November 2023

“Dapat dikatakan bahwa kondisi kemiskinan seperti yang terpapar dalam data di atas menjadi akar dari masalah-masalah lain seperti human traffickiing, kriminalitas, putus sekolah, kematian, stunting, money politic, ekologi, dan sejenisnya,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Presidium PMKRI Cabang Ruteng, Loin Lasa menjelaskan, KSR tidak sekadar melaksanakan agenda persyaratan, tetapi di baliknya mampu menghasilkan gagasan konstruksi demi kepentingan kaum tertindas.

“Dalam KSR ini akan membahas bersama isu pemilu dan kemiskinan di Flores,” kata Loin.

Loin memandang pentingnya menciptakan pemilu yang berkualitas sehingga mewujudkan pemimpin yang betul-betul dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Ada berbagai kejanggalan yang terjadi sekarang ini. Hal itu dilihat dari pemerintah melahirkan kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat.

“Bagi kami yang terjadi adalah kemiskinan struktural. Bagaimana dalam proses melahirkan pemimpin melalui proses pemilu,” tuturnya.

Senada, Komda Flores Hendrikus Mandela mengatakan melalui KSR, PMKRI Regio Flores mencoba melihat situasi pemilu yang akan datang dengan relevansinya terhadap kemiskinan-kemiskinan masyarakat di Pulau Flores.

“Tentu kita bersyukur. Melalui PMKRI kita diajak untuk terlibat dan mengambil sikap terhadap peristiwa sosial yang terjadi di tengah masyarakat” tukasnya.

Kader PMKRI Harus Punya Bekal

Kemiskinan tidak terlepas dari banyak faktor, salah satunya adalah pendidikan yang belum merata.

“Di beberapa daerah pendidikan belum merata. Banyak anak-anak yang belum merasakan pendidikan,” kata Ketua PP PMKRI Santu Thomas Aquinas Periode 2022-2024, Tri Natalia Urada saat memberikan sambutan.

Namun, kata dia, Pemilu 2024 menjadi momentum untuk menentukan pemimpin yang mampu mengakomodasi aspirasi masyarakatnya.

Sejauh pengetahuan Try Natalia, pemerintah sudah mencanangkan tentang Indonesia Emas 2045 dan Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi. PMKRI harus beradaptasi secara sumber daya manusia.

“Untuk mencapai ke sana hari ini harus memulaikan diri dengan berbagai pelatihan baik kewirausahaan, digitalisasi, dan sebagainya,” ucapnya.

Kader PMKRI, lanjutnya, harus memiliki bekal untuk menjadi kader yang terlibat di tahun 2045.

“Untuk mencapai itu membutuhkan kolaborasi semua stakeholder, termasuk para senior alumni,” ujar mantan Ketua Presidium PMKRI Cabang Sungai Raya itu.

Berpikir Kritis

Kader PMKRI harus berpikir kritis dan peka terhadap persoalan yang ada di sekitar, kata Aloysius Salama mewakili senior alumni.

Aloysius berpendapat, generasi muda adalah agen yang mampu memberi kontrol dengan baik sebab agen-agen lain telah terkontaminasi dengan berbagai kepentingan-kepentingan.

“Kalianlah satu-satunya yang memberikan yang jernih dan bisa berekspresi dengan baik dan bebas,” katanya.

Akan tetapi, generasi muda perlu membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan.

Selain itu, ia juga mengajak kader PMKRI harus siap menjadi agen perubahan yang bisa mengubah sesuatu yang baik di sekitarnya.

“Organisasi itu wadah untuk melatih diri dengan baik dan mengasah kemampuan dan pikiran hingga bermanfaat bagi diri dan bangsa,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA