Ansy Lema Gelar Evaluasi Penanganan Hama Belalang Kembara di Pulau Sumba

Waingapu, Ekorantt.com – Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Yohanis Fransiskus Lema, mengadakan kegiatan evaluasi penanganan hama belalang kembara di Pulau Sumba, belum lama ini. Kegiatan yang berlangsung di Kabupaten Sumba Timur itu merupakan bagian dari reses Ansy Lema, demikian ia disapa.

“Kegiatan yang digelar dengan menghadirkan para pakar, ahli, dan pengambil kebijakan ini merupakan wujud perhatian saya untuk turun tangan membereskan persoalan hama belalang kumbara di Pulau Sumba,” ujar Ansy Lema dikutip dari akun Instagram @ansy.lema.

Ia mengaku dalam beberapa rapat di Senayan, dirinya selalu mendesak dan meminta Kementerian Pertanian agar mengambil langkah cepat dan tepat untuk menangani hama belalang kembara di Pulau Sumba.

Menurut Ansy Lema, salah satu akar penyebab hama belalang kembara adalah karena
ekosistem rantai makanan di Pulau Sumba telah terputus dan pincang selama bertahun-tahun.

Burung pemangsa belalang kini langka karena diburu oknum tidak bertanggung jawab dan populasinya pun menurun drastis, bahkan nyaris punah.

Akibatnya, pertumbuhan belalang yang sangat banyak kemudian memakan habis komoditas pertanian masyarakat.

Ansy Lema menegaskan, pengendalian hama belalang di Pulau Sumba memerlukan program pengendalian sistemik dan komprehensif, serta pendekatan yang berperspektif ekologis.

Hal ini penting agar tidak ada lagi tindakan-tindakan perusakan terhadap ekosistem lingkungan dan alam sekitar.

Diketahui, hadir dalam kegiatan tersebut, Koordinator Perlindungan Tanaman, Direktorat Perlindungan Tanaman, Kementerian Pertanian Gandhi Purnama; Wakil Dekan Fakultas Pertanian UGM Prof. IR. Y. Andi Trisyono, perwakilan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO); Asisten 3 yang mewakili Bupati Sumba Timur Lu Pelindima, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Sumba Timur Nico Pandarangga, 22 Camat se-kabupaten Sumba Timur, para Kepala Dinas Pertanian dari Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya serta para peneliti dari Undana dan Unimor.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA