Larantuka, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Flores Timur menetapkan status tanggap darurat bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi mengatakan, penetapan status tanggap darurat bencana setelah terjadi peningkatan tingkat aktivitas gunung berapi Lewotobi Laki-laki dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga).
“Penetapan status siaga darurat bencana akan berlaku selama 14 hari terhitung sejak tanggal 1 Januari-14 Januari 2024,” ujar Doris dalam keterangannya, Rabu, 3 Januari 2024.
Menurutnya, apabila masa siaga darurat telah selesai ataupun terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi Lewotobi maka dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
“Bisa juga ditingkatkan ke status keadaan darurat bencana ke tahap berikutnya,” pungkas Doris.
Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki melaporkan, hingga saat ini aktivitas erupsi gunung tersebut masih berlangsung.
Pada periode pengamatan enam jam terakhir terjadi tiga kali gempa embusan, empat kali vulkanik dangkal, dan enam kali vulkanik dalam.
Asap kawah bertekanan sedang hingga kuat terpantau berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 500-800 meter di atas puncak kawah.
Sementara itu, jumlah pengungsi terus bertambah. Tim Relawan Kaji Cepat PMI Flores Timur dan Sikka mencatat, hingga Selasa, 2 Januari 2024, pukul 22.00 Wita, jumlah pengungsi khususnya di wilayah Kecamatan Wulanggitang mencapai 2.254 orang.
Para pengungsi menyebar di sejumlah posko. Kantor Camat Wulanggitang 544 orang, Sekolah Dasar (SD) Katolik Kemiri 134 orang, Credit Union Remaja Hokeng 46 orang, Koramil Boru 23 orang, SMP Negeri Wulanggitang 61orang.
“Ada juga yang mengungsi ke rumah warga, di Desa Boru ada 393 orang, Desa Boru Kedang 274 orang, Desa Pululera 193 orang dan Desa Hewa 455 jiwa,” ujar Ketua Tim Relawan Kaji Cepat, Yosep Arnold Lado dalam keterangan tertulis, Rabu, 3 Desember 2024.
Berdasarkan data pilah sementara, jumlah pengungsi ibu hamil 20 orang, bayi balita 17 orang. Sementara kelompok rentan khusus lanjut usia dan disabilitas sedang dalam pendataan.
Arnold mengungkapkan tidak ada korban meninggal, luka-luka, dan hilang. Namun beberapa pengungsi yang mengalami masalah kesehatan, seperti ISPA dan iritasi mata akibat semburan debu vulkanik.