Ruteng, Ekorantt.com – Warga Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT, masih mengalami krisis air bersih meski sudah memasuki musim hujan.
Beberapa jeriken, ember, maupun peralatan lain milik warga masih mengantre di kran air mereka masing-masing. Ketika air keluar, warga harus menampung air hingga subuh hari.
“Di gangnya kami sudah dua bulan tidak keluarnya,” kata Katarina, seorang warga Kelurahan Tenda, Ruteng kepada Ekora NTT, Kamis, 18 Januari 2024.
Katarina bilang, air di rumahnya hanya keluar pada malam hari saja, itu pun pada pukul 11.30 Wita. Ia mendapat informasi bahwa krisis air bersih disebabkan kurangnya debit air pada sumber mata air.
Karena kekurangan air, Katarina acap kali harus menunda pekerjaan, seperti mencuci, memasak, dan aktivitas lainnya.
“Yang kami tampung ini ada yang air hujan juga,” ucapnya sambil menunjukkan sejumlah baskom yang menampung air hujan.
Katarina pun berharap agar krisis air bersih ini segera diatasi oleh pemerintah daerah maupun Perumda Tirta Komodo sebagai perusahaan daerah untuk mengurus air minum.
Marselinus Pangkur, warga lainnya mengatakan, selain karena kekurangan debit di sumber air, krisis air ini bisa saja disebabkan karena pembocoran pipa di sejumlah titik yang lambat diperbaiki.
Sebelumnya, kata dia, belum pernah mengalami krisis air separah ini. Pangkur menyoroti aksi pembabatan hutan oleh oknum warga di sekitar sumber mata air. Aksi ini luput dari pantauan pihak berwajib.
Pangkur berpendapat, kurangnya debit air, salah satunya disebabkan karena pembabatan hutan atau pohon di sekitar mata air. Padahal, pohon di sekitarnya berperan penting dalam menjaga kelestarian mata air dan ketersediaan air di kawasan tersebut.
“Kami harap juga pemerintah lakukan penertiban warga-warga yang tebang kayu untuk balok rumah. Saya perhatian tidak ada lagi petugas yang patroli,” terangnya.
Kondisi ini juga dirasakan oleh para mahasiswa yang tinggal sekitar Kampus Unika Santu Paulus Ruteng.
Krisis air ini sangat berdampak pada pengeluaran sehari-hari untuk pemenuhan kebutuhan akan air minum. Sebab, mereka terpaksa membeli air minum dalam kemasan untuk minum dan memasak.
“Kadang mengalir tapi volumenya kecil dan itu pun keluarnya pada malam hari saja. Air tidak lancar sudah berlangsung lama sejak bulan Desember 2023 sampai sekarang,” terang Ani Miming, seorang mahasiswi Unika St. Paulus Ruteng.
“Kalau air tidak mengalir tagihan tetap jalan terus seperti biasa tiap bulannya,” tambahnya.
Bupati Manggarai Herybertus G. L. Nabit mengakui beberapa bulan terakhir masyarakat kerap mengeluhkan ketersediaan air bersih.
Bupati Hery kemudian mengajak Perumda Tirta Komodo serta beberapa tenaga ahli untuk memantau langsung ketersediaan air di beberapa sumber dalam Kota Ruteng pada Kamis, 11 Januari 2024.
Ia menemukan beberapa masalah dalam pendistribusian air. Salah satunya terkait debit air di hulu.
Pemerintah Kabupaten Manggarai, kata Bupati Hery, akan mengajukan beberapa proposal karena perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk membenahi persoalan ini dalam jangka panjang cukup besar.

“Jadi yang mau kita tangani bukan hanya kebutuhan hari ini, tapi kebutuhan 15-20 tahun yang akan datang. Sehingga penanganannya tidak sepotong-sepotong, tetapi secara menyeluruh,” ujarnya.
“Itulah kenapa kita harus jalan keliling dulu dan membawa beberapa teman (tenaga ahli) yang mungkin bisa mendapat gambaran awal dulu, baru kita bisa menentukan langkah lebih lanjut bersama teman-teman PDAM (Perumda) dan Pemkab, untuk maju ke tahap berikut,” jelasnya.
Misalnya, lanjut Bupati Hery, review jaringan perlu dilakukan karena jaringan induk yang ada di dalam Kota Ruteng sudah berumur puluhan tahun. Kemudian, perlu ada analisis mengenai tingkat kebocoran, serta pertimbangan faktor pertambahan penduduk hingga 15-20 mendatang.
“Bahwa perlu kita ketahui, ketersedian masih terbatas dalam satu dua tahun ke depan,” tandas dia.
Karena itu, Bupati Hery meminta Perumda Tirta Komodo untuk memberi kepastian jadwal bagi pelanggan.
“Jadi mungkin akan ada penjadwalan seperti selama ini, tapi yang paling penting adalah jadwalnya pasti dan dikomunikasikan,” tegas Bupati Hery.
Bupati Hery juga menegaskan beberapa hal, Pertama, berterima kasih kepada masyarakat yang bermukim di sekitar sumber mata air karena sudah bekerja sama menjaga sumber air untuk kepentingan banyak orang.
Kedua, mengajak lembaga-lembaga pemerintah dan nonpemerintah untuk ikut menggalakkan gerakan menanam pohon.
Ketiga, mengimbau masyarakat untuk menggunakan air dengan bijak mengingat tingkat kebocoran air yang cukup tinggi.
Diakui bahwa ada warga tertentu yang menggunakan air dengan prosedur yang tidak semestinya. Mereka langsung mengambil dari pipa. Hal itu tentu saja merugikan semua orang.
“Imbauan kepada masyarakat lain, mohon kesabaran dan pengertiannya. Yakinlah bahwa kita sedang menangani ini dengan sangat serius,” tutup Bupati Hery.
Adapun sumber mata air yang dipantau adalah Wae Mese 1, Wae Mese 2, Wae Mese 3, dan Wae Pong di wilayah Kelurahan Waso; Wae Rowang di wilayah Kelurahan Rowang; dan Wae Decer di Wilayah Kelurahan Carep.