Petani Sawah di Satarmese Ubah Pola Tanam Atasi Serangan Hama

Ruteng, Ekorantt.com – Beberapa waktu belakangan, tanaman padi para petani di Satarmese, Kabupaten Manggarai, NTT, diserang hama, membuat mereka harus mengubah pola tanam.

Agustinus Jerbun, seorang petani di Desa Tal mengaku sudah lama tanaman miliknya diserang hama walang sangit dan hama wereng. Akibatnya, produktivitas tanaman padi seluas satu hektare miliknya mengalami penurunan yang signifikan.

“Selama penyerangan hama penghasilan hanya 1 ton,” ungkap Agustinus kepada Ekora NTT di sela-sela kegiatan panen simbolis padi sawah di Kecamatan Satamese oleh Bupati Manggarai Herybertus G. L. Nabit pada Selasa, 20 Februari 2024.

Melihat penurunan itu, Agustinus mulai mengubah pola dengan cara memberhentikan air ke sawah. Misalkan pada musim terakhir, ia sudah memulainya sejak awal Mei hingga akhir Oktober 2023. Lalu pada awal Oktober baru mengairi kembali.

Baginya, sistem tersebut sangat efektif serta dapat menghentikan penyerangan hama, terutama sisa tanaman sebelumnya.

“Selama beberapa tahun yang kami alami kalau tidak pemberhentian air, maka terjadi penyerangan yang luar biasa,” sebutnya.

Dampaknya, kata dia, produktivitas padi semakin meningkat jika menggunakan pola itu. Dalam satu musim terakhir panennya mencapai 7 ton.

Petani Sawah di Satarmese Ubah Pola Tanam Atasi Serangan Hama1
Agustinus Jerbun, seorang petani di Desa Tal, Kecamatan Satarmese. Foto diambil pada Selasa, 20 Februari 2024 (Foto: Adeputra Moses/Ekora NTT)

Agustinus bilang, selain produksi meningkat, berkat menggunakan sistem itu juga dapat mengurangi biaya perawatan tanaman. Sebab, dirinya tidak lagi menggunakan obat pestisida.

“Intinya peningkatan produktivitas ini karena mengubah pola tanam dengan sistem pengeringan tanah,” ucap Ketua Kelompok Tani Merpati itu.

Penurunan Produksi

Kabupaten Manggarai sejak dahulu dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena memiliki potensi alam dan kondisi agroklimat yang sangat mendukung pengembangan pertanian dalam skala yang luas, baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan yang bisa dinikmati sepanjang tahun.

Di Satarmese yang memiliki sistim pengairan yang permanen menjadi salah satu sentra produksi padi yang terbesar di Kabupaten Manggarai. Data Dinas Pertanian, total luas lahan fungsional saat ini di Kecamatan Satarmese 2404,5 hektare dengan rata-rata produktivitas 3-5 ton per hektare.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Florianus Laot mengatakan, beberapa tahun lalu, kegiatan pengembangan padi sawah di Kecamatan Satarmese didukung  dua irigasi besar, yakni irigasi Wae Mantar 1 dan irigasi Wae Mantar 2. Tetapi, dalam waktu belakangan mengalami fluktuasi produksi.

Pada 5 tahun terakhir, kata dia, mengalami penurunan produksi yang cukup luar biasa, yaitu hanya mencapai 2-2,5 ton per hektare. Jika dianalisis, ini sangat merugikan petani.

Menurut Florianus, penurunan produksi ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya pertama, serangan hama dan penyakit yang berdampak pada penggunaan pestisida yang cukup tinggi.

Kedua, penanaman non-stop tanpa mengistirahat lahan sawah. Ketiga, Kurangnya pemahaman petani akan pentingnya Penggunaan Benih bermutu.

“Pemerintah Kabupaten Manggarai, pemerintah kecamatan, dan stakeholder pendukung lain melalui koordinasi dan kolaborasi kerja yang baik melakukan gerakan besar dengan menutup sementara irigasi Wae Mantar 2 selama 5 bulan terhitung mulai tanggal 1 Mei 2023 sampai tanggal 30 September 2023,” jelas Flori.

“Tanggal 1 Oktober 2023 irigasi kembali dibuka untuk penanaman padi sawah,” sambungnya.

Mendukung pasca-penutupan air irigasi, pihaknya menyiapkan benih padi Inhibrida varietas Cakra Buana sebanyak 25.000 kilogram atau 25 ton.

Program tersebut merupakan program bantuan benih dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia untuk kawasan seluas 1000 hektare di irigasi Wae Mantar 2. Rinciannya; Desa Tal seluas 664 ha, Desa Paka seluas 231 ha, Desa Wewo seluas 79 ha, dan Desa Persiapan Ulungali 26 ha.

Berdasarkan hasil pengukuran produksi melalui proses ubinan pada setiap kelompok tani, diperoleh hasil produktivitas 7,5 ton per hektare sampai 9,8 ton per hektare. Estimasi perhitungan dirata-ratakan adalah 8 ton per hektare, jika dikalikan 1000 ha maka menjadi 8000 ton gabah kering panen.

“Kemudian dikonversi menjadi beras sebanyak 3997,76 ton neras atau 3.997.760 kilogram beras yang jika dirupiahkan dengan harga beras sekarang yaitu Rp13.000 per kilogram, maka diperoleh Rp51.970.000.000,” tuturnya.

Tangani Inflasi

Bupati Manggarai Herybertus G.L. Nabit mengatakan, panen raya dapat menangani inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Kata Nabit, perhatian terhadap penanganan inflasi ini menjadi perhatian semua pihak sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

“Kita berharap harga beras di Manggarai bisa ditekankan sedikit di awal tahun ini. Setidaknya sampai dengan Maret dan April stok beras kita aman. Kita tahu bahwa kalau tanpa panen raya seperti ini untuk stok lokal harga pasti naik,” katanya.

Petani Sawah di Satarmese Ubah Pola Tanam Atasi Serangan Hama2
Bupati Manggarai, Herybertus G.L Nabit saat diwawancara awak media setelah melakukan panen simbolis di Desa Tal, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, pada Selasa, 20 Februari 2024 (Foto: Adeputra Moses/Ekora NTT)

Selain itu, menurutnya, panen raya ini merupakan hasil perbaikan irigasi yang dilakukan pada tahun lalu. Sehingga, para petani boleh memanen lebih banyak karena sudah memutuskan siklus hidup hama dan penyakit.

“Begitu juga dengan tahun lalu areal yang ditanami kedelai. Hasilnya juga lebih baik daripada areal yang tidak ditanami kedelai,” jelasnya.

Pelajarannya, kata Nabit, ke depannya tetap melakukan penggiliran tanaman. Pola tersebut juga dapat mengurangi kebutuhan pupuk.

“Pemerintah maunya pola tersebut dilanjutkan karena manfaatnya jelas,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA