Kupang, Ekorantt.com – Pemerintah Provinsi NTT terus melakukan konsolidasi data balita stunting. Berdasarkan data rilis terakhir Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), jumlah balita stunting di NTT mencapai 35,3 persen pada tahun 2022.
Bila mengacu pada data yang dikembangkan dengan metode pencatatan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pravelensi stunting di NTT mengalami penurunan.
Pada tahun 2021 sebesar 20,9 persen, tahun 2022 sebesar 17,7 persen.
“Tahun 2023, berdasarkan hasil timbang dan pengukuran bulan Agustus terhadap 419.798 balita di seluruh NTT, terdapat sebesar 15,2 persen atau 63.804 balita stunting,” jelas Penjabat Gubernur NTT Ayodhia G. L. Kalake saat meluncurkan program edukasi bidan dan intervensi stunting sebagai upaya percepatan penurunan stunting di Aula El Tari Kupang pada Kamis, 7 Maret 2024.
Menurut Ayodhia, penanganan stunting telah menjadi prioritas utama pemerintah bersama dengan penanggulangan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.
Stunting di NTT, lanjut dia, merupakan persoalan serius yang harus segera ditangani untuk mencapai visi ‘Indonesia Emas 2045’.
“Kita membutuhkan generasi penerus yang sehat, cerdas, berkarakter unggul dan mandiri untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera,” jelas Ayodhia.
Untuk mewujudkan visi ‘Indonesia Emas 2045’, Pemerintah Provinsi NTT terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting melalui langkah-langkah intervensi spesifik dan intervensi sensitif, dengan melibatkan berbagai perangkat daerah dan stakeholder terkait, melalui wadah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang dibentuk melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur.
Pemprov NTT juga terus mendorong setiap kabupaten/kota agar memiliki data by name by address yang mutakhir tentang stunting, sehingga memudahkan penanganan atau penggempuran stunting secara lintas sektor atau pentahelix.
Lebih lanjut Ayodhia mengatakan, sasaran utama dalam strategi nasional percepatan pencegahan stunting adalah menyasar kelompok prioritas yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia 0-23 bulan yang merupakan periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Sehingga menurutnya, peran tenaga kesehatan khususnya bidan sangat strategis dalam upaya pencegahan stunting di 1.000 HPK anak.
Ayodhia mengatakan, para bidan merupakan sosok yang berada di garda terdepan dalam memberikan pendampingan, pengetahuan, dan dukungan kepada para calon ibu dan para ibu sejak kehamilan hingga bayi berusia lima tahun.
“Karena itu, peningkatan, kompetensi dan kapasitas para bidan merupakan hal yang sangat penting percepatan penurunan angka stunting,” ujarnya.
Sambut Positif
Ayodhia turut menyambut positif komitmen dan nota kesepahaman antara antara BKKBN dan Dexa Group dalam menurunkan angka stunting di NTT melalui program edukasi bidan dan intervensi stunting.
Kepedulian dan keterlibatan berbagai pihak memperlihatkan pentingnya komitmen dari semua pemangku kepentingan terhadap upaya penanggulangan stunting untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di tahun 2045.
Ayodhia berharap langkah ini dapat mendorong semakin banyak dunia usaha dan badan swasta lainnya dalam upaya penanganan stunting di NTT. Itu terutama untuk menciptakan generasi unggul dan kompetitif yang nantinya dapat membawa NTT semakin maju dan sejahtera.
“Saya juga berharap agar kiranya upaya edukasi bidan dan intervensi stunting ini dapat dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTT,” tandas dia.
Ayodhia mengajak Dexa Group untuk turut terlibat dalam bidang peningkatan sumber daya manusia NTT seperti pemberian beasiswa bagi para mahasiswi kebidanan, pemberantasan penyakit-penyakit endemik seperti demam berdarah dan malaria, pemberian obat cacing bagi anak-anak serta berinvestasi di bidang penelitian dan pengembangan tanaman-tanaman tradisional yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk obat-obatan.
Sementara itu, Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy mengungkapkan, selama kurun 10 tahun terakhir prevelensi stunting di Indonesia turun 15,6 persen dari 37,2 persen menjadi 21,6 persen di tahun 2012.
“Dan Presiden Joko Widodo telah menargetkan prevelensi stunting 14 persen di tahun 2024. Target penurunan angka stunting ini dapat dicapai melalui semangat kolaborasi dan kerja sama dari seluruh pihak,” jelas Randy.
Dia menambahkan, Dexa Group sebagai salah satu pihak swasta yang bergerak di bidang kesehatan yakni menyediakan produk farmasi yang bermutu, berkhasiat dan aman.
Dexa Group turut berkontribusi dalam program percepatan penurunan stunting. Oleh karena itu, Randy mengajak semua pihak agar terus berkolaborasi mendorong peningkatan kesehatan yang baik khususnya bagi masyarakat NTT.