Bangun Rumah Belajar Gratis di Sikka, Bripka Vinsen dan Maria Sherly ‘Tidak Mau ada Anak yang Tertinggal di Belakang’

Maumere, Ekorantt.com – Rumah Belajar Sanctissima. Demikian nama rumah belajar gratis yang dibangun oleh pasangan suami istri Bripka Vinsensius M. Nurak dan Maria Sherly Hilene.

Lokasinya berada di Dusun Woloara, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka.

Rumah belajar gratis ini menjadi bukti komitmen Bripka Vinsen dan Maria Sherly membangun pendidikan di Kabupaten Sikka.

Bripka Vinsen sendiri adalah seorang anggota Intelmob Kompi 1 Batalyon B Pelopor Maumere Sat Brimob Polda NTT. Sedangkan sang istri, Maria Sherly bekerja sebagai guru bahasa Inggris di SMA Negeri Nita.

Ide untuk membangun rumah belajar gratis bukan lahir kemarin sore. Bripka Vinsen dan Maria Sherly sudah merencanakannya sejak masih pacaran.

“Waktu kami masih berpacaran, kami sudah ada planning. Setelah menikah apa yang harus kita buat untuk kampung halaman,” ujar Bripka Vinsen saat ditemui awak media di Rumah Belajar Sanctissima Woloara, Rabu, 20 Maret 2024.

Sebelum menikah, Maria Sherly pergi berkuliah di  Monash University, Melborne, Australia. Ia mendapatkan beasiswa Australian Award.

“Waktu calon istri saya kuliah di Australia, saya tetap menunggu,” kata Bripka Vinsen.

Setelah Maria Sherly pulang dari Australia, keduanya menikah dan merintis Rumah Belajar Sanctissima pada 2016.

“Nama Sanctissima sendiri diambil dari nama anak kami Sanctissima Seravim Nurak, yang saat ini bersekolah di SDK Ferari Maumere,” tutur Bripka Vinsen.

Ia bilang, pengalaman masa kecil yang serba kekurangan membuat ia dan istrinya untuk berbuat lebih di bidang pendidikan.

“Waktu masih kecil, susah dapat buku untuk belajar. Belum lagi kurang dana juga untuk sekolah,” tuturnya.

“Ketika kami menikah, Tuhan memberikan kami rezeki yang cukup, kami berdua memutuskan untuk membangun rumah belajar gratis,” sambungnya.

Pakai Uang Pribadi

Bripka Vinsen dan Maria Sherly tidak ragu-ragu untuk menggunakan dana pribadi untuk usaha yang satu ini. Sebagian dari penghasilan yang mereka dapat disisihkan untuk kelancaran operasional rumah belajar gratis.

“Awal bangun rumah belajar dari gaji, dan juga saya ada pekerjaan sampingan memberikan les tambahan di luar. Kami juga pinjam di BRI,” ujar Sherly.

Walau demikian, aktivitas di Rumah Belajar Sanctissima berjalan lancar setiap hari.

Fasilitas seperti perpustakaan gratis dan Wi-Fi gratis tersedia bagi anak-anak kampung, mulai dari yang mengenyam pendidikan di tingkat PAUD hingga tingkat SMA.

Pelayanan pendidikan di Rumah Belajar Sanctissima berlangsung pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Khusus untuk anak-anak PAUD dan SD mendapatkan materi baca-tulis dan berhitung. Sedangkan anak-anak SMP hingga SMA belajar mata pelajaran, termasuk kelas Bahasa Inggris.

Disediakan pula kelas tenun ikat bagi anak-anak SMP dan SMA. Hal ini penting karena warisan leluhur yang mesti dilestarikan ke depan secara berkelanjutan.

“Kami meminta salah seorang guru yang kebetulan memiliki pekerjaan sampingan sebagai penenun untuk membantu kami menjadi tutor di kelas tenun ikat,” kata Sherly.

Ada tujuh tutor yang mengisi kelas, termasuk Maria Sherly yang mengajar pelajaran Bahasa Inggris.

“Para guru diberikan gaji sukarela,” kata Sherly sembari menambahkan, pada tahun 2023, ada sponsor yang membayar honor para guru dan memberikan bantuan fasilitas belajar.

Tidak hanya pendidikan, Rumah Belajar Sanctissima menyediakan pelayanan posyandu anak dan remaja sekali dalam sebulan. Pelayanan berupa penimbangan berat badan, TB, gula darah, kolesterol, asam urat, dan pembagian pembalut gratis bagi anak-anak perempuan.

Rumah Belajar Sanctissima juga menyediakan kebun contoh seluas kurang lebih 1 hektare untuk anak-anak belajar bercocok tanam, seperti jagung, sayur, lombok, dan lainnya.

“Kita sudah panen tiga kali, dan dijual oleh anak-anak dan para guru. Hasilnya kita pakai untuk kebutuhan operasional anak-anak terutama buku dan makanan,” ujar Maria Sherly.

Tidak Ada Anak yang Tertinggal

Maria Sherly menjelaskan Rumah Belajar Sanctissima memiliki visi yakni No Child Left Behind, artinya tidak ada anak yang tertinggal di belakang.

Menurutnya, pendidikan harus memberikan peluang bagi siapa saja untuk maju. Tidak boleh ada yang tertinggal di belakang.

“Kalau ada, kita dorong supaya kita bisa jalan sama-sama,” ujarnya.

Rumah Belajar Sanctissima memiliki misi yakni menyediakan sumber belajar bagi anak-anak dan remaja sebagai bekal pembelajaran sepanjang hayat. Meningkatkan kemampuan numerasi dan literasi anak-anak Kampung Woloara.

Kemudian, meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan mental anak-anak melalui posyandu anak dan remaja, pengenalan kamtibmas  dan bimbingan rohani serta mengembangkan kearifan lokal melalui pengadaan kelas tenun ikat.

Berdampak bagi Lingkungan Sekitar

Komandan Batalyon Brimob Detasemen B Pelopor Maumere, Kompol Mikhael Seu mengaku bangga dengan kreativitas Bripka Vinsen dan Maria Sherly. Mereka berdua telah melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar, padahal itu di luar tugas pokok mereka masing-masing.

Aktivitas Rumah Belajar Sanctissima, kata Kompol Mikhael, telah berjalan selama delapan tahun. Dan pihaknya baru mengetahui hal tersebut sekarang.

“Kami baru tahu setelah ada pemberitaan di media, dan ada juga diposting di grup tentang kegiatan di rumah belajar ini,” kata Kompol Mikhael.

Mikhael mendukung usaha Bripka Vinsen dan Maria Sherly dalam membantu warga sekitar. Harapannya, bisa berdampak pada peningkatan sumber daya manusia.

“Ini harus perlu ditingkatkan untuk membangun daerah ini,” ujarnya.

“Saya juga berharap ada anggota kita juga bisa mengikuti kegiatan ini untuk membantu masyarakat dengan cara atau potensi mereka yang ada di bidang lainnya,” pungkasnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA