Ruteng, Ekorantt.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian di Unika St. Paulus Ruteng sejak 7-14 Mei 2024.
Tim peneliti pusat riset khazanah keagamaan dan peradaban organisasi riset arkeologi, bahasa, dan sastra BRIN tiba di kampus yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Nomor 10, Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT itu pada Kamis, 7 Mei 2024.
Ketua tim peneliti Mujizatullah menjelaskan, penelitian itu bertujuan untuk melihat secara langsung dan mengetahui interaksi sosial internal kampus Unika St. Paulus Ruteng.
Penelitian tersebut bertajuk ‘Interaksi Sosial Komunitas Pendidik Berbasis Kearifan Lokal Ritus Tiba Meka di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur’.
Ritus Tiba Meka merupakan tata cara penerimaan tamu menurut adat istiadat Manggarai.
“Sejauh mana peran ritus Tiba Meka dalam interaksi sosial antar-komunitas pendidik dan tenaga kependidikan, dosen dengan mahasiswa, tenaga kependidikan dengan mahasiswa, antardosen, antartenaga kependidikan dan antarmahasiswa,” jelas Mujizatullah.
BRIN, kata dia, ingin mengetahui nilai-nilai karakter yang ada dalam ritus Tiba Meka.
Ia menilai tradisi Tiba Meka begitu tampak dan tertanam di dalam kehidupan seluruh civitas akademika Unika St. Paulus Ruteng.
Mujizatullah menilai, efek dari ritus Tiba Meka dapat memberikan nilai-nilai karakter yang baik terhadap interaksi sosial internal civitas akademika Unika St. Paulus Ruteng seperti nilai keagamaan, toleransi, kebersamaan, keakraban, kerukunan, dan keharmonisan.
“Unika itu sangat multikultural. sivitas akademika Unika St. Paulus Ruteng terdiri dari berbagai agama dan budaya,” tandas dia.
Meski demikian, lanjut Mujizatullah, perbedaan tersebut bukan menjadi suatu permasalahan. Perbedaan tumbuh dalam keharmonisan, keakraban, dan kerukunan yang sangat baik.
“Dosen, selaku tenaga pendidik, tenaga kependidikan, karyawan dana karyawati, dan seluruh mahasiswanya berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik dari segi agama, budaya dan atau pun pendidikan yang berbeda,” lanjut dia.
Ia menyampaikan apresiasi terhadap civitas Unika St. Paulus Ruteng karena ramah, rendah hati, penuh hormat dan tanggung jawab, peduli, sopan santun, dan harmonis.
“Yang paling penting menghargai tradisi kearifan lokal,” imbuh Mujizatullah.
Seperti Rumah Sendiri
Salah satu anggota tim penelitian Amiruddin mengaku berkunjung di Manggarai khususnya di Unika St. Paulus Ruteng serasa berada di rumah sendiri.
Sebab ia mendapatkan keakraban, rasa persaudaraan, dan kerukunan saat berada di Kampus Unika Ruteng. Para tamu pun merasa betah.
“Aktualisasi dari nilai karakter yang terkandung di dalam ritus Tiba Meka itu terwujud dalam interaksi sosial civitas akademika Unika membuat tamu-tamu menjadi nyaman,” ungkap Amir, sapaan akrabnya.
Ia berharap ritus Tiba Meka terus diwariskan agar tidak mudah dilupakan oleh generasi penerus.
“Semoga ritus penjemputan tamu yang ada dalam buaya Manggarai seyogianya dapat diajarkan kepada generasi-generasi baru khusus para mahasiswa yang ada di kampus ini,” harap Amir.
Ia berharap agar pemerintah setempat dapat mendukung upaya pelestarian budaya yang sudah ada. Caranya adalah dengan mengadakan berbagi event budaya Manggarai seperti pentas seni, lomba ritus-ritus budaya Manggarai, dan berbagai jenis lainnya yang berkaitan dengan budaya.
Rektor Unika St. Paulus Ruteng Dr. Maksimus Regus menyambut baik kehadiran tim penelitian dari BRIN. Ia beranggapan kehadiran peneliti BRIN dapat mendukung kolaborasi lembaga Unika Ruteng ke depannya.
Pastor Maks berharap agar BRIN bisa menjadikan Unika St. Paulus Ruteng sebagai salah satu partner riset dalam kajian-kajian yang terkait dengan kearifan lokal di Indonesia Timur.
Jurnalis Warga: Selvianus Hadun