Bajawa, Ekorantt.com – Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden menahbiskan 13 imam baru di Gereja Salib Suci Soa, Kevikepan Bajawa, Kabupaten Ngada pada Senin, 30 September 2024.
Dalam kesempatan itu, Uskup Paul menggarisbawahi salah satu tugas imam untuk memperhatikan mutu kehidupan umat agar berkembang ke arah yang semakin baik.
Seorang imam, kata dia, kiranya bisa berjuang agar tidak lagi terjadi pelanggaran atas hak-hak hidup orang kecil. Berjuang agar keadilan semakin diperhatikan dan dirasakan umat, berjuang bersama supaya yang kecil tidak merasa ditinggalkan.
“Kita dipanggil untuk mengemban tugas menjadi imam pelayan agar yang paling kecil pun didengar. Sikap batin seorang pelayan adalah membuka hati agar mereka yang paling kecil juga turut didengar dan bersama-sama membangun sebuah masyarakat agar yang sudah susah hidupnya tidak dibuat semakin susah lagi,” pesan Uskup Budi.
Uskup Budi mengatakan tahbisan imam baru ibarat seperti kelahiran seorang bayi sebagai tanda Tuhan mencintai manusia. Setiap tahbisan imam sebagai pertanda bahwa Tuhan masih mengasihi gereja-Nya.
“Karena Tuhan mengetahui kelemahan-kelemahan kita untuk hidup sesuai ajaran-Nya. Maka dia memilih dan menahbiskan serta mengutus para imam untuk berjalan bersama membangun persekutuan kasih agar bersama-sama kita memelihara kasih persaudaraan dalam semangat Yesus,” kata Uskup Paul.
Ia menambahkan, keyakinan gereja Katolik pada setiap imam yang ditahbiskan mengambil bagian dalam tiga tugas Yesus diantaranya, tugas untuk mewartakan sabda Tuhan dan mengajarkan umat sebagai nabi.
Tugas selanjutnya ialah sebagai gembala dan raja. Tugas ini bertujuan untuk mempersatukan supaya semua umat dapat merasakan ada tempat dalam gereja.
Tugas ketiga adalah tugas menguduskan umat sebagai imam. Menguduskan berarti menunjuk, menyingkapkan, dan mengingatkan kehadiran Tuhan yang kudus dalam hidup setiap pribadi sebagai umat di tengah dunia, kata Uskup Paul.
Ia mengatakan Imam oleh tabisan, akan merayakan sakramen-sakramen bersama umat. Sakramen adalah perayaan kehadiran Tuhan dalam hidup setiap pribadi dan dalam hidup gereja serta hidup dunia. Karena itu sakramen-sakramen dirayakan pada saat-saat atau fase kritis kehidupan manusia dan dalam suasana-suasana khusus.
Ketika seorang anak beranjak remaja, menjadi dewasa untuk memasuki hidup sesuai dengan pilihannya berkeluarga atau membaktikan dirinya demi pelayanan khusus.
“Kita rayakan sakramen-sakramen dan kehidupan kita tidak terbatas pada perayaan-perayaan sakramen. Karena hidup setiap orang adalah kudus dan bumi ini adalah suci, karena itu menjadi imam ditugaskan untuk menguduskan,” pungkasnya.