Lewoleba, Ekorantt.com – Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan masih status waspada atau level II.
“Berdasarkan data pemantauan instrumental Gunung Ile Lewotolok terkini, aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan yang signifikan,” terang Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima media, Sabtu, 28 Desember 2024.
Ia pun mengimbau masyarakat di sekitar maupun pengunjung, pendaki, serta wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas Gunung Ile Lewotolok.
Muhammad juga mengimbau masyarakat Desa Lamatokan dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak kawah Gunung Ile Lewotolok.
Masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan, serta warga Desa Jontona dan Desa Todonara agar tidak memasuki dan tidak beraktivitas dalam wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh 2,5 kilometer dari pusat aktivitas Gunung Ile Lewotolok.
“Serta mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian selatan dan tenggara puncak/kawah Gunung Ile Lewotolok,” imbuh Muhammad.
Masyarakat sekitar juga diminta agar menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Hal ini untuk menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik.
“Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ile Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.”
Sedangkan tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok akan dievaluasi kembali secara berkala maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan.
“Tingkat Aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum diterbitkan,” ujar Muhammad.
Perkembangan
Muhammad kemudian menjelaskan hasil pengamatan visual periode 1 – 28 Desember 2024.
Periode 1 – 27 Desember 2024, kata dia, tampak asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, tinggi sekitar 5-300 meter dari puncak Gunung Ile Lewotolok
Pada 28 Desember 2024, tidak teramati asap kawah utama karena tertutup kabut. Pada saat ini terjadi peningkatan kegempaan vulkanik di Gunung Ile Lewotolok.
Periode pengamatan 1 – 27 Desember 2024 antara lain terekam 378 kali gempa embusan, satu kali gempa Tornillo, satu kali gempa hybrid, delapan kali gempa vulkanik dangkal, 109 kali gempa vulkanik dalam, 43 kali gempa tektonik lokal, serta 43 kali gempa tektonik jauh.
“Periode pengamatan 28 Desember 2024, pukul 00.00 – 06.00 Wita terekam dua kali gempa embusan, 18 kali gempa vulkanik dangkal, 33 kali gempa vulkanik dalam dan dua kali gempa tektonik jauh,” jelas Muhammad.
Kemudian, pada pukul 00.00 – 11.00 Wita terjadi dua kali gempa tektonik lokal.
Ia mengatakan, secara umum, hingga 28 Desember 2024, gempa embusan masih mendominasi aktivitas.
Namun gempa vulkanik dalam selama bulan Desember ini meningkat cukup signifikan bila dibandingkan bulan November 2024.
Peningkatan kegempaan vulkanik pada 28 Desember 2024, merupakan kejadian yang kedua kalinya setelah peningkatan kegempaan vulkanik pada 17 Desember 2024.
Peningkatan signifikan jumlah gempa vulkanik dangkal dan dalam pada 28 Desember ini terjadi setelah munculnya gempa tektonik lokal pada pukul 20.28 Wita.
“Hingga pukul 11.00 Wita gempa vulkanik dangkal mencapai 18 kejadian dan gempa vulkanik dalam 33 kejadian. Rata-rata harian untuk gempa vulkanik dangkal hanya satu kejadian per hari dan gempa vulkanik dalam berkisar 1 – 5 kejadian per hari,” terang Muhammad.
Menurut dia, kemunculan gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam ini mengindikasikan adanya peningkatan tekanan atau stress signifikan pada tubuh Gunung Ile Lewotolok, yang berkaitan dengan suplai magmatik dangkal dan dalam.
“Peningkatan aktivitas seismik ini belum teramati secara signifikan dari data deformasi, meskipun pengukuran jarak dengan Electronic Distance Measurement (EDM) menunjukkan adanya sedikit pemendekan,” jelas Muhammad.
Hal ini, lanjut dia, mengindikasikan perubahan deformasi inflasi atau penggembungan pada tubuh Gunung Ile Lewotolok yang belum signifikan.
Diketahui, periode erupsi Gunung Ile Lewotolok di tahun 2020 diawali dengan erupsi pertama pada 27 November dengan tinggi kolom erupsi sekitar 500 meter di atas puncak.
Kemudian disusul erupsi kedua (utama) pada 29 November 2020 dengan tinggi kolom erupsi lebih dari 4.000 meter di atas puncak.
Erupsi terakhir terjadi pada 6 Juli 2024 dengan tinggi kolom erupsi mencapai 300 meter dari puncak.
Pasca erupsi ini, aktivitas visual yang teramati didominasi embusan asap dari kawah hingga saat ini.