Bajawa, Ekorantt.com – Ruas jalan Tadha-Waebela yang menghubungkan wilayah Kecamatan Jerebu’u dan Aimere di Kabupaten Ngada sering menjadi langganan longsor saat musim hujan.
Seperti yang terjadi pada Senin, 13 Januari 2025 lalu. Ruas jalan tersebut putus total akibat tertutup material longsor. Hampir seminggu masyarakat tidak bisa melintas di situ.
Arus transportasi kembali normal setelah BPBD Ngada turun membersihkan material longsor dengan menggunakan alat berat.
Kendati begitu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ngada, Florianus Rero meminta pemerintah untuk memberikan solusi permanen sehingga longsor bisa diantisipasi dengan baik.
Bila hal itu diabaikan, kata Florianus, maka setiap tahun masyarakat akan terus mengalami kejadian yang sama sembari pemerintah hanya menawarkan solusi sesaat.
“Ini ruas jalan kabupaten, tempatnya nama Roboro’a, hampir setiap tahun pasti longsor. Harus diurus dengan baik,” kata Florianus kepada Ekora NTT pada Kamis, 6 Februari 2025.
Florianus mengusulkan untuk membuat trap tebing pada titik yang sering longsor dan memperlebar ruas jalan. Hanya dengan begitu, potensi longsor bisa ditekan.
Menurutnya, ruas jalan Tadha-Waebela menjadi nadi ekonomi masyarakat di wilayah selatan baik yang akan menuju kota Bajawa maupun sebaliknya.
“Selain itu beberapa desa di wilayah Jerebu’u dan Inerie mengandalkan akses jalan itu untuk melakukan kegiatan ekonomi mereka,” ujarnya.
Menanggapi usulan wakil rakyat, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Ngada Yohanes Y. Wou Dopo bilang bahwa pemerintah berupaya menangani masalah longsor di ruas jalan Tadha-Waebela.
“Kita juga sudah pernah ke lokasi untuk melakukan perencanaan, namun lagi-lagi kita terkendala anggaran,” jelasnya.
Pada tahun 2025, kata dia, banyak anggaran Dinas PUPR, khususnya untuk infrastruktur jalan, sudah direfocusing untuk mendukung program pemerintah pusat.
