Ruteng, Ekorantt.com – Praktisi hukum sekaligus mantan wartawan, Siprianus Edi Hardum, mendorong Aliansi Jurnalis Manggarai (AJM) untuk mengedepankan jurnalisme akar rumput dalam karya jurnalistik mereka.
Edi menegaskan pentingnya peran pers untuk memberikan ruang bagi masyarakat bawah agar bisa berpartisipasi dalam diskusi politik serta memperjuangkan kepentingan mereka.
Menurutnya, jurnalisme akar rumput memiliki peran penting dalam mendukung demokrasi yang sehat, terutama dalam mengawasi kekuasaan.
Pers, kata dia, harus berfungsi sebagai oposisi politik yang independen. “Oposisi yang kuat diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan,” ujar Edi saat menjadi pemateri dalam workshop jurnalistik yang diselenggarakan AJM di Aula Perumda Tirta Komodo, Ruteng, Kamis, 13 Februari 2025,
Lebih lanjut, Edi memaparkan tiga posisi strategis pers dalam mengawal demokrasi di Indonesia.
Posisi pertama adalah peran pers sebagai oposisi politik yang independen. Pers memiliki peran vital dalam mengawasi kekuasaan agar tidak terjadi penyalahgunaan yang berujung pada tirani.
Posisi kedua yang disoroti Edi adalah pers sebagai penyampai informasi politik yang objektif dan berimbang.
“Informasi yang akurat sangat penting agar masyarakat dapat membuat keputusan yang bijak dalam pemilu atau menanggapi kebijakan pemerintah,” tegasnya.
Dalam hal ini, Edi menegaskan, meskipun media sering kali terjebak dalam berbagai kepentingan, pers harus tetap berpegang pada etika kebenaran dan mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan politik atau bisnis.
Posisi ketiga adalah pentingnya peran pers dalam pendidikan politik masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang pesat.
“Meskipun media sosial mempercepat penyebaran informasi, ini juga berpotensi merusak moral dan budaya lokal,” ujar Edi.
Ia mengingatkan agar pers berperan sebagai agen sosialisasi yang mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan budaya bangsa untuk menjaga kelestarian budaya lokal.
Ketua Panitia, Ardy Abba, dalam sambutannya menegaskan, pers memainkan peran vital dalam membentuk opini publik dan mengawal demokrasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
“Pers harus terus beradaptasi dengan perubahan zaman sambil menjaga integritas dalam setiap informasi yang disampaikan,” ujarnya.
“Tantangan hukum yang sering dihadapi jurnalis, seperti masalah pencemaran nama baik dan penyebaran berita palsu,” imbuh Ardy.
Ia mengingatkan agar jurnalis selalu berpegang pada etika jurnalistik, seperti verifikasi fakta, independen, dan objektivitas untuk menghindari masalah hukum.
Emanuel Dewata Oja, atau Edo Oja, penguji Uji Kompetensi Wartawan (UKW), dalam pemaparannya, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi dunia pers saat ini, yang kerap diwarnai pelanggaran kode etik, terutama di media online.
“Pers saat ini tidak sedang baik-baik saja,” tegasnya.
Ia menekankan, kompetensi seorang wartawan tidak hanya dinilai dari kemampuan menulis, tetapi juga dari pemahaman terhadap kode etik dan Undang-undang Pers.
Wakapolres Manggarai, Kompol Karel Leokuna, juga turut hadir sebagai pemateri dalam workshop tersebut.
Ia mengingatkan pentingnya pers untuk tetap mengedepankan etika sesuai dengan Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 1999.
“Tugas pers bukan hanya untuk menyajikan berita, tetapi juga untuk menjaga integritas dan etika dalam pemberitaan,” ujar Kompol Karel.
Ia berharap kemitraan yang erat antara Polri dan media massa dapat terus terjalin untuk menjaga stabilitas keamanan masyarakat.
Tak ketinggalan, Kasie Intelijen Kejaksaan Negeri Manggarai, Zaenal Abidin, juga memberikan dukungan positif terhadap peran media massa.
“Kolaborasi yang baik antara media dan Kejaksaan sangat penting dalam mendukung transparansi dan membangun kepercayaan publik,” ujarnya.
Zaenal menambahkan, media massa memiliki peran strategis dalam pengumpulan informasi, khususnya di bidang intelijen.