Mbay, Ekorantt.com – Masih segar dalam ingatan Vinsensius Abu, 60 tahun, saat Emanuel Sargosa Loke dari Kopdit Pintu Air Cabang Mbay menyambangi kediamannya di Dusun Waemburung, Desa Ngolonio, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo pada Desember 2023.
Emanuel kala itu menawarkan kepada Theresia Mbena, istri Vinsen untuk menjadi anggota Kopdit Pintu Air. Sementara Vinsen telah lama menjadi anggota sekitar tahun 2015 namun tidak aktif lagi.
Emanuel memberi pemahaman kembali tentang Kopdit Pintu Air, berbagai kemudahan dan pelayanan kepada anggota, hingga Vinsen mau mengaktifkan kembali keanggotaannya.
“Bapak Vinsen setuju diaktifkan lagi keanggotaan. Semua kewajibannya dilunasi dan Mama Theresia juga menjadi anggota baru,” tutur Eman mengulangi cerita tiga tahun silam saat mengunjungi kediaman pasangan suami istri ini, Rabu, 26 Februari 2025.
Bergabung Kopdit Pintu Air juga mengingatkan getir dialami Vinsen belasan tahun lalu. Vinsen tak ingat persis waktu kejadiannya.
Saat itu, ayah satu anak ini didatangi oleh petugas dari salah satu lembaga keuangan. Petugas yang masih terikat hubungan keluarga dengannya itu menawarkan produk layanan keuangan tertentu.
Vinsen yang belum lama kembali dari perantauan di Malaysia tak sungkan menyerahkan uang Rp1,5 juta. Jumlah yang lumayan besar pada masa itu. Ternyata uangnya hilang tak berbekas sampai sekarang. Vinsen pun kapok.
Penjelasan Eman selalu diingat Vinsen yang membuka jalan baginya menekuni lebih serius menekuni papalele ternak kambing, babi, anjing, dan ayam. Niat menggebu terhambat modal usaha.
Sang istri yang ditawari pinjaman perdana Rp10 juta pada Desember 2023 membuka jalan bagi kelangsungan usaha Vinsen. Modal itu digunakan membeli tujuh ekor kambing usia enam bulanan.
Sejak Januari hingga April 2023, kambing-kambing tersebut diparon di kebun belakang rumahnya. Sebagian kecil dari luas lahan 3 hektar miliknya dipagari keliling. Dia kemudian mendirikan pondok sederhana, melepas kambing di dalam pagar.
Rumput hijau yang tumbuh subur menjadi santapan bagi kambing milik Vinsen.
Saban Sabtu, ia menjual kambing di Pasar Danga. Hal itu memberinya keuntungan. Kewajiban bulanan membayar cicilan pun dilakukan tepat waktu dan tepat jumlah. Lantas, tawaran pinjaman kedua diterimanya lagi dari Kopdit Pintu Air.
Ia juga mengelola keuangannya secara baik. Sebagian keuntungan disisihkan dan yang lain digunakan untuk kebutuhan hidup sehari bersama istri.
“Kebutuhan makan, minum, kesehatan, dan macam-macam urusan kami di kampung, saya bisa atasi dari usaha papalele kambing,” kisah Vinsen.
Vinsen mengakui pelayanan kredit Kopdit Pintu Air melebarkan usahanya dari papalele kambing hingga jual beli ayam.
“Saya ini sekolah kurang hanya kelas III SD. Pintu Air (Kopdit) ini yang telah banyak membantu saya. Usaha saya jadi baik karena modal pinjaman dari Pintu Air. Mereka bukan hanya kasih pinjaman. Kalau saya kesulitan, mereka beri jalan. Mana ada yang lain begitu,” Vinsen mengakuinya.
Lima ekor kambing miliknya mati setelah diserang pilek dan perut kembung awal bulan Februari 2025. Dia bersyukur sekitar 18 ekor kambing lainnya tetap sehat.
Eman, kini menjabat Ketua Komite Pintu Air Cabang Mbay, pun mengakui Vinsen salah satu anggota yang disiplin pinjaman dan tertib membayar cicilan setiap bulan. Semangatnya, kata Eman, bahkan bisa dicontohi oleh sesama yang lain.
“Baru bulan ini dia agak telat. Itu juga hanya hitungan hari. Dia komunikasi dengan kami. Sebelumnya selalu tepat waktu,” timpal Eman didampingi Maria Margaretha Y. Bupu, Manajer Area Flores Bagian Barat 2.
Penulis: Eginius Moa