Jayapura, Ekorantt.com – Adalah Sam Kllas, 58 tahun, warga asal Pulau Rote, Provinsi NTT yang kini mengadu nasib di Jayapura, Papua.
Meski berbekal pendidikan di tingkat SMA, Sam bertekad ingin memperbaiki nasib keluarga agar hidup lebih layak.
Berawal dari tukang ojek di tanah kelahirannya di Rote, ia kemudian pindah ke Kupang dan tinggal di kawasan sekitar Pelabuhan Tenau. Pekerjaan sebagai tukang ojek masih ia tekuni saat tinggal di sana.
Tekanan hidup semakin berat saat anak semata wayangnya tamat SMA. Sam mulai putar otak. Hasil dari ojek dibagi dua yakni untuk asap dapur dan ditabung untuk biaya pendidikan anak.
Pada 2015, Sam mulai berkenalan dengan Manajemen Kopdit Pintu Air Cabang Kupang dan mempelajari manfaat hidup berkoperasi.
Singkat cerita, ia dan keluarga merasa tertarik dan memutuskan untuk bergabung menjadi anggota Kopdit Pintu Air. Setelah bergabung, Sam menjalankan kewajiban sebagai anggota dengan cara membayar kewajiban simpanan pokok serta menabung dari pendapatan yang telah disisihkan secara khusus.
Saat anaknya mau kuliah, Sam mengajukan pinjaman perdana di Kopdit Pintu Air. Tidak disebutkan berapa besarnya, yang pasti uang dari pinjaman tersebut digunakan untuk biaya pendidikan dan sebagiannya lagi untuk keperluan rumah tangga.
Pinjaman perdananya dikembalikan dengan baik. Angsuran pinjaman pokok dan bunga dibayar Sam secara teratur, dalam artinya tepat waktu dan tepat jumlah.
Suami dari Antonia Soluk, 60 tahun, ini kemudian mengajukan pinjaman kedua. Pinjaman kedua pun berjalan dengan baik sampai akhirnya berlanjut hingga pinjaman ketiga.
Saat angsurannya belum selesai pada 2020, Sam dan keluarganya merantau ke Jayapura, Papua.
Di sana, ia ingin menemani anaknya yang telah menjadi pengajar di salah satu sekolah di Kecamatan Sentani. Ia hilang kontak dengan Kopdit Pintu Air.
Di tempat baru, Sam masih tetap menekuni profesi sebagai tukang ojek. Dalam perjalanan waktu, di tengah persaingan sesama ojek, Sam memutuskan untuk beralih mata pencaharian.
Ia membuka warung di kawasan dekat dengan andar Udara Internasional Sentani dan pasar lama Sentani. Dua menu favorit di warungnya yakni nasi ikan bakar dan nasi ayam panggang.
Dari usaha itu, dia telah mampu membuka lapangan kerja bagi dua tenaga kerja yang membantu istrinya di warung.
Di depan warung dipajang pula bensin eceran dan minyak tanah.
“Dari usaha menjual BBM dalam seminggu saya bisa dapat keuntungan 600 ribu sampai 800 ribu rupiah,” ujar Sam melalui sambungan teleponnya dari Jayapura, Kamis, 26 Juni 2025.
Kepindahannya ke Jayapura membuat dirinya putus kontak dengan manajemen Kopdit Pintu Air yang berujung pada tunggakan pembayaran pinjaman.
Namun, saat bertemu dengan Pengurus Kopdit Pintu Air Pusat Vinsensius Deo dan Divisi Simpanan Abdul Rahman Na’u, Sam berjanji untuk kembali menjalankan kewajibannya hingga selesai.
“Saya sudah pinjam sampai tiga kali karena itu saya sampaikan terima kasih kepada Kopdit Pintu Air yang telah memberikan kepercayaan kepada saya,” kata Sam.
Kini Sam mulai kembali sebagai anggota aktif Kopdit Pintu Air. Ia berjanji akan membesarkan koperasi itu di Jayapura.