Budi Daya Ikan Dalam Ember, Inovasi dari Dosen ITB untuk Tekan Angka Stunting di Ngada

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) NTT 2024, kata Ivonne, angka stunting di Ngada mencapai 997 kasus dan menjadi salah satu daerah dengan angka stunting cukup tinggi.

Bajawa, Ekorantt.com – Institut Teknologi Bandung (ITB) membawa inovasi Budi daya Ikan Dalam Ember (Budikdamber) ke Kabupaten Ngada demi menekan angka stunting di sana.

“Budikdamber sebagai salah satu teknologi skala rumah tangga untuk mengatasi stunting,” kata Ketua Pengabdian Masyarakat ITB, Ivonne Radjawane saat memberikan pelatihan kepada puluhan anggota PKK di rumah jabatan bupati Ngada, Selasa, 1 Juni 2025.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) NTT 2024, kata Ivonne, angka stunting di Ngada mencapai 997 kasus dan menjadi salah satu daerah dengan angka stunting cukup tinggi.

Menurutnya, program Budikdamber menjadi salah satu solusi untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam rumah tangga demi menekan angka stunting.

Ia menjelaskan, inovasi Budikdamber mengintegrasikan sumber daya hayati ikan air tawar seperti ikan lele atau nila dengan sayuran seperti bayam atau kangkung dalam satu wadah efisien.

“Pelatihan ini merupakan awal kolaborasi yang baik antara pemerintah daerah bersama perguruan tinggi untuk menyelesaikan masalah aktual di tengah masyarakat,” kata Ivonne.

Di Kabupaten Ngada, Budikdamber merupakan metode baru, kata dia. Dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi hewani dan nabati dari lingkungan rumah tangga.

Ivonne mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perguruan dalam menjalankan konsep tri darma perguruan tinggi.

“Yang salah satunya adalah melakukan pengabdian kepada masyarakat, untuk mentransferkan ilmu pengetahuan dan teknologi ke seluruh Indonesia,” jelasnya

Ia berharap teknologi Budikdamber dapat diterima, diimplementasikan, dan dimanfaatkan secara luas di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Ngada, khususnya untuk mengatasi kasus stunting.

Ketua PKK Kabupaten Ngada, Blandina Mamo, menyambut baik inovasi Budikdamber yang sejalan dengan program PKK dalam menekan angka stunting di Ngada.

“Ini sangat bermanfaat, apalagi kasus stunting di Ngada. Sesuai data dari dinas kesehatan paling banyak ada di wilayah pegunungan,” kata Blandina.

Menurutnya, salah satu penyebab angka stunting yang tinggi yakni kurangnya protein hewani. Dengan adanya pelatihan Budikdamber, gizi masyarakat bisa terpenuhi.

Sementara itu, Bupati Ngada Raymundus Bena melalui Plh Asisten 3, Yohanes Ghae, mengatakan stunting masih menjadi tantangan serius bagi pembangunan sumber daya manusia khususnya di desa.

Ia mengatakan Budikdamber menjadi salah satu solusi untuk menekan tingginya angka stunting khususnya di daerah dengan luas lahan terbatas.

“Secara sederhana inovasi ini hemat air dan ramah lingkungan,” katanya.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA