Bajawa, Ekorantt.com – Aksi saling serang antarwarga kembali terjadi di perbatasan Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada pada Kamis, 14 Agustus 2025 sekitar pukul 12.35 Wita.
Kejadian tersebut diduga dipicu permasalahan tapal batas dua wilayah yang belum terselesaikan hingga sekarang.
Kepala Kepolisian Sektor Riung, Ipda Martinus Riang, melalui sambungan telepon, Kamis, mengatakan gejala saling serang mulai tampak pada Selasa, 12 Agustus 2025.
Semula warga Desa Sambinasi Barat, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada membersihkan lahan di Desa Nanga Buntal, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur. Dia mengklaim lahan itu miliknya yang dikuasai oleh warga Manggarai Timur.
Untungnya polisi cepat bertindak. Aparat sudah melakukan pendekatan dan mengimbau agar diselesaikan secara baik bersama pemerintah desa.
Namun dua hari kemudian pada Kamis, sekitar 150 warga Sambinasi Barat menyerang warga Manggarai Timur, yang mengakibatkan satu warga terluka.
“Kami kaget, ketika melihat kami, mereka semakin berani melakukan penyerangan dengan menggunakan parang dan tombak,” kata Martinus.
Pihaknya berusaha menghalau agar tidak ada penyerangan, namun warga tak menghiraukannya. Akibatnya, seorang warga menjadi korban lemparan batu.
“Lemparan batu merupakan reaksi dari warga di sebelah balasan terhadap serangan dari warga Sambinasi Barat,” katanya.
Karena kondisi memanas, Martinus menarik semua anggota polisi dan TNI untuk kembali ke wilayah Kabupaten Ngada.
“Nah saat itu, masyarakat melihat kami mundur kemudian mereka ikut mundur,” ucap dia.
Ia menambahkan bahwa pihaknya sudah menghimbau tokoh masyarakat dan kepala desa untuk menjaga situasi tetap kondusif.
“Kondisi sampai saat ini sudah kembali kondusif,” katanya.
Anggota DPRD Ngada, Sayn Songkares, mendorong agar Pemerintah Provinsi NTT segera memasang pilar batas, sesuai titik koordinat yang ada dalam Permendagri 55 tahun 2020.
“Sehingga masyarakat di lokasi tahu secara jelas di mana letak titik batas administrasi antara kedua kabupaten,” katanya.
Ia juga mengingatkan Pemerintah Kabupaten Ngada lebih serius dalam menyelesaikan persoalan perbatasan. Jangan dibiarkan begitu saja tanpa penyelesaian yang tuntas.
“Harus segera ada solusi agar masyarakat perbatasan merasa nyaman dan fokus pada kerja peningkatan ekonomi tidak hanya pikir konflik,” tegasnya.
Ia mengimbau masyarakat dua wilayah agar berhenti berkonflik yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga, dan daerah.