Bajawa, Ekorantt.com – Pemerintah Desa Inegena, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada memproduksi minyak kemiri sebagai bagian dari program hilirisasi produk pertanian. Produksi minyak kemiri ini dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Maju Bersama.
Kepala Desa Inegena, Wilfridus Welo Ngada mengatakan kegiatan produksi minyak kemiri dimulai pada 2023 lalu. Saat itu, pihaknya mendapatkan dukungan dari program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (Tekad).
“Dengan anggaran itu, kami kemudian mulai beli peralatan produksi minyak kemiri seperti mesin sortir, oven dan mesin pemeras minyak,” ujarnya kepada Ekora NTT di Bajawa pada Senin, 27 Oktober 2025.
Keterampilan mengelola kemiri menjadi minyak kemiri, Wilfridus bilang, dilakukan secara otodidak oleh pengelola Bumdes.
“Kemiri kita beli dari masyarakat yang ada didesa, ini bagian dari upaya kita mendorong perekonomian desa,” jelasnya.
Meskipun masih tergolong industri rumahan, kata dia, Bumdes Maju bersama telah memproduksi hampir 40 liter lebih minyak kemiri.
“Untuk pasar, kita masih sebatas pasar lokal yakni di Kabupaten Ngada dan beberapa kabupaten tetangga,” kata Wilfridus.
Wilfridus menuturkan, ide memproduksi minyak kemiri berawal saat ia melihat potensi kemiri di desa yang sangat menjanjikan. Dalam setahun, petani lokal biasa memanen 346 ton kemiri bulat. Sayang sekali, kalau tidak dimanfaatkan secara baik.
“Ini juga upaya kita agar ke depan kemiri tidak dijual secara gelondongan tapi sudah dalam bentuk produk minyak kemiri,” tutur Wilfridus.
Koordinator Tekad Kabupaten Ngada Tri Yanti Jono mengatakan, terdapat 77 desa dampingan di wilayah Kabupaten Ngada. Beberapa produk Tekad yakni kemiri, kopi, tenun, hingga paronisasi sapi.
Pada 2023, Desa Inegena mendapatkan kucuran dana kompetitif untuk pengelolaan hingga produksi minyak kemiri.
“Kita juga ada dampingan pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi seperti pengelolaan kelapa menjadi minyak,” jelas Tri Yanti.
Pada 2025, sesuai perencanaan, Kabupaten Ngada akan mendapatkan rumah inovasi tenun desa di tiga kecamatan yakni Kecamatan Riung, Golewa Selatan, dan So’a.
“Sementara dana kompetitif ada di dua desa yakni Desa Wawowae untuk pengelolaan kopi dan Uluwae 2 serai menjadi minyak serai wangi,” jelasnya.
Kolaborasi
Zainuddin Maliki selaku Ketua Tim Strategy Policy Unit (SPU) Direktorat Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa dan Daerah Tertinggal – Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam pemaparan materi pada Focus Grup Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Aula PLUT Turekisa, Senin, 27 Oktober 2025, mengatakan Ngada memiliki potensi pertanian yang luar biasa. Karena itu, perlu adanya kolaborasi dengan generasi muda terkait pemanfaatan teknologi di sektor pertanian.
“Anak muda kita hebat-hebat, kalau bisa kolaborasi dengan mereka untuk pemasaran,” kata Zainuddin.
Ia mendorong kerja sama lintas sektor termasuk menggandeng perguruan tinggi dalam meningkatkan sumber daya manusia di bidang pertanian.
Pemasaran produk, Zainuddin melanjutkan, harus sudah menuju digitalisasi seperti pemasaran melalui marketplace. Di sisi lain, pengelolaan produk mesti menggunakan teknologi, mulai dari pra-produksi, produksi hingga pasca-produksi.
“Harus ada kreativitas, apalagi potensi desa yang cukup besar di sini. Salah satunya potensi kita seperti kemiri dan kopi, padahal potensi luar biasa,” pungkasnya.













