Ruteng, Ekorantt.com – Ratusan guru dan kepala sekolah dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Manggarai mengikuti pelatihan pembelajaran mendalam (deep learning) pada Jumat, 5 Desember 2025.
Kegiatan itu berlangsung di sejumlah lokasi, yakni SMP Negeri 1 Langke Rembong, SDI Leda, SDI Konggang, dan SMP Negeri 2 Langke Rembong.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Manggarai, Wensislaus Sedan mengatakan, guru harus menghadirkan pembelajaran yang lebih inovatif di kelas agar peserta didik memiliki pemahaman konsep yang kuat, mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata, serta mengembangkan keterampilan menghadapi tantangan masa depan.
Hal ini, ujar Wensislaus, sejalan dengan Kurikulum Merdeka melalui pendekatan berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
“Guru harus jadi agen perubahan. Keyakinan saya dua atau tiga tahun yang akan datang, pendidikan di Manggarai akan bergerak cepat dan melonjak jauh,” sebut Wensislaus.
Ia menambahkan, keberhasilan itu sepenuhnya bergantung pada peran para guru, sebab siswa harus dipersiapkan menjadi generasi bermartabat pada tahun 2045.
“Nanti suatu saat mereka akan menceritakan kebaikan kita,” katanya.
Salah satu peserta, Will Lendra berkata, pendekatan deep learning dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
Menurutnya, pendekatan ini relevan dengan konteks nyata, situasi baru, atau kehidupan sehari-hari sehingga membantu peserta didik memahami dan menerapkan pengetahuan secara mendalam.
“Tujuan lain juga mendorong peserta didik untuk melalui proses berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif,” ujar Will.
Will menambahkan, pembelajaran mendalam dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memotivasi, sehingga peserta didik lebih aktif dalam proses belajar.
Kepala SDI Mbongos itu menilai deep learning memiliki keunggulan signifikan dibanding pembelajaran dangkal (surface learning), karena berfokus pada kualitas pemahaman, relevansi, dan pengembangan karakter holistik peserta didik.
Meski demikian, ia mengakui bahwa penerapan pendekatan ini tidak mudah. Guru dituntut meninggalkan pola pengajaran tradisional yang berpusat pada ceramah dan berubah menjadi fasilitator yang memimpin eksplorasi.
“Tidak semua guru memiliki kompetensi yang memadai untuk merancang aktivitas belajar yang kompleks, kontekstual, dan menantang keterampilan berpikir tingkat tinggi atau untuk mengelola kelas yang aktif, diskusi, dan berbasis proyek,” ungkapnya.
Tantangan lain juga muncul dari peserta didik. Banyak yang terbiasa menerima informasi secara pasif dan lebih fokus pada nilai akhir daripada proses memahami materi.
“Hal ini membuat mereka kurang termotivasi secara intrinsik untuk bertanya kritis dan menyelami suatu isu secara mendalam.”
Penggunaan teknologi yang tidak bijak turut membuat siswa menjadi pasif dan kemampuan kognitif menurun, seperti konsentrasi dan daya analisis.
Will menilai solusinya adalah perubahan budaya sekolah berbasis tiga pilar utama pembelajaran mendalam yakni, membangun kesadaran diri pada guru dan siswa, menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata, serta menciptakan lingkungan belajar yang aman, menyenangkan, dan memuliakan potensi peserta didik.













