Kupang, Ekora NTT— Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) NTT Viktorius Manek meminta pengurus BUMDes agar kreatif mengelola aset desa sesuai dengan potensi lokal yang dimiliki.
“Kreatifitas adalah hal mendasar dalam pengelolaan BUMDes, agar dapat kembali pada fitrahnya yakni dengan peningkatan perekonomian desa melalui pemanfaatan potensi yang dimiliki desa,” ungkap Viktorius saat ditemui Ekorantt.com pada Jumat (04/03/2022) di Kupang.
Ia menjelaskan BUMDes di NTT sangat sedikit bergerak di sektor bidang pertanian, perikanan, peternakan, dan wisata. Padahal, kata Marcel, keempat sektor ini merupakan potensi desa-desa di NTT.
Disebutkan NTT memiliki 3.026 desa. Desa yang sudah terbentuk BUMDes berjumlah 1.623 desa dengan jenis bidang pengelolaan BUMDes antara lain, bidang perdagangan sebanyak 537, bidang jasa 399, simpan pinjam 121, wisata 112, pertanian 81, bidang peternakan 26, dan perikanan 20.
“Sangat sedikit yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, peternakan, dan wisata. Padahal, kalau kita lihat di desa-desa itu, ada banyak potensi di bidang pertanian, perikanan, kelautan, wisata budaya atau adat, dan potensi wisata pantai atau laut sangat tinggi. BUMDes kita di NTT lebih banyak bergerak di bidang jasa seperti sewa kursi-meja, sound system, dan lain-lain. Sudahlah biarkan itu masyarakat saja. BUMDes tidak usah. BUMDes masuk ke bagaimana mengoptimalkan potensi lokal yang ada di masing-masing desa,” tutur Viktorius.
Dia menuturkan tugas pemerintah dalam pendampingan dan pemberdayaan BUMDes meliputi, pembentukan kelembagaan, pengembangan sumber daya manusia (SDM), jejaring pemasaran, dan infrastruktur.
Dalam kerangka pengembangan dan peningkatan kreativitas SDM BUMDes, PMD NTT pada tahun 2022 ini akan melakukan sekolah BUMDes online kepada pengelola BUMDes se-NTT.
“Jadi dalam sekola BUMDes ini terdapat 8 mata ajar untuk BUMDes, jadi diberikan untuk peningkatan kapasitas SDM untuk pengelolaan BUMDes. Dalam webinar ini para pengelola BUMDes dapat mengikuti pelajaran mengelola dan mengembangkan BUMDes berbasis potensi lokal, bagaimana prakteknya, dan bagaimana mengelola keuangan BUMDes yang baik dan bagaimana pemasarannya,” jelas Viktorius.
“Kita memberi perhatian sebagai fasilitator dan pendampingan pemberdayaan ini. Jadi ini yang kita coba untuk melakukan pemberdayaan untuk kembali ke fitrahnya berdasarkan jenis potensi yang ada,” tutup dia.