Larantuka, Ekorantt.com – Siswa SMAS Seminari San Dominggo Hokeng, Fransiskus Karlos P. Riberu masuk 10 Nominator Terbaik dalam Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional).
GSMB ini adalah salah satu program pengembangan literasi sekolah yang memfasilitasi seluruh siswa dan guru jenjang SD, SMP, SMA dan sederajat untuk dapat menerbitkan buku ber-ISBN dan Karlos bersama teman-teman ikut mengambil bagian di dalamnya.
Karlos tidak menduga jika karya cerita pendeknya dengan judul ‘Tanpa Kelamin’ itu menjadi salah satu cerpen terbaik dalam GSMB Nasional tersebut.
Dihubungi Ekora NTT Kamis (10/3/2022), Karlos mengatakan bahwa dirinya sangat senang karena berhasil mendapatkan yang terbaik dan berada di posisi 2 dari 10 nominator terbaik itu.
“Perasaan saya ketika mendengar cerpen saya masuk dalam nominasi, saya senang, bahagia sekaligus bangga karena berhasil mengangkat nama sekolah SMAS Seminari San Domniggo Hokeng,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Karlos merasa belum cukup untuk sekadar menjadi yang terbaik dalam menulis, karena menurutnya, ia bisa menyalurkan kreativitasnya lewat kata-kata dan juga mengimplementasikan inspirasi yang ditemukannya.
“Dengan menulis saya dapat menyalurkan kreativitas saya melalui kata-kata dan dapat menyalurkan inspirasi yang saya temukan. Selain itu, menulis juga membantu saya di kemudian harinya,” ungkapnya.
Di lain sisi, Karlos memimpikan, bila nanti dirinya menjadi seorang imam atau pastor, ia dapat membuat tulisan atau apapun yang berbentuk tulisan yang bisa diakses oleh umat yang digembalakannya kelak.
Sementara itu, Kepala Sekolah RD Alfons Wungubelen, Pr mengungkapkan bahwa sebenarnya sekitar 50 anak mengirimkan karya berupa puisi dan cerpen untuk diikutsertakan dalam GSMB Tingkat Nasional tersebut.
“Tahun lalu kita coba ikut GSMB dan siswa memang merasa ini baru sehingga mereka melihat ini program yang dipaksakan, tetapi saya pikir ini peluang yang bagus yang berhubungan dengan literasi, maka bagaimana pun, peluang ini kita ambil. Kepada para sosialosator, saya bilang kami siap terima tantangan,” jelasnya ketika dihubungi Ekora NTT Rabu (9/3/2022).
Romo Alfons menambahkan bahwa hal yang baru itu masih menimbulkan banyak pertanyaan, tapi dirinya tetap fokus pada dampak dan tujuan dari GSMB tersebut.
Hal terpenting menurutnya, bahwa tujuan dari gerakan itu bagus karena berorientasi pada literasi yang berkelanjutan dan melibatkan siswa dan juga lembaga.
“Tentu ada tantangan dan kesulitan, tapi saya tetap berfokus pada tujuan itu, maka melalui kesepakatan dewan rumah dan disetujui, maka kami mulai bergerak sama-sama. Saya menentukan koordinatornya Romo Ino, lalu melibatkan guru Bahasa Indonesia dan guru-guru mata pelajaran lain yang berminat untuk memeriksa karya anak-anak,” tuturnya.
Kepala Sekolah yang juga mengajar mata pelajaran Matematika ini pun mengatakan, iklim menulis anak-anak juga belum didorong dengan baik, jadi para koordinator dan guru-guru selalu memantau perkembangan anak-anak untuk menulis.
“Dengan kesabaran kita, kami selalu memberi motivasi untuk anak-anak dan mencari jalan keluar bersama, akhirnya guru-guru, para frater, dan Romo, bekerja sama tahap demi tahap meskipun dengan kerja keras sekali untuk itu,” terang RD Alfons.
Terkait Karlos yang menjadi nominator terbaik dengan cerpen berjudul ‘Tanpa Kelamin’, Koordinator Romo Ino Koten, Pr mengatakan bahwa Karlos salah satu anak yang kreatif serta rajin membaca dan menulis di majalah dinding.
“Untuk saya, dia anak yang kreatif. Banyak membaca dan menulis di majalah dinding. Saya pikir ini event menulis pertama yang beliau ikut, dan ternyata cerpennya masuk nominasi,” papar Romo Ino.
Pada tempat terakhir, Romo Alfons Wungubelen mengatakan bahwa GSMB Nasional tersebut akan menjadi agenda tahunan yang pastinya diikuti oleh lembaga pendidikan calon imam tersebut.
“Setelah salah satu karya anak kita masuk nominasi dan terakomodir dalam GSMB, maka untuk tahun kedua ini, saya sudah menyampaikan kepada warga sekolah bahwa GSMB jadi agenda tahunan untuk SMAS Seminari San Dominggo Hokeng,” harap Romo Alfons sembari merasa semakin ditantang untuk ikut terlibat setiap tahunnya.
“Jadi setelah saya mengikuti apresiasi 100 nominasi terbaik dalam beberapa kategori karya, ada siswa, ada guru, maka saya semakin ditantang, kenapa mereka lain bisa mengirim artikel sementara Sesado tidak bisa,” tutupnya.