Menikmati Bakso Racikan Petrus Beto di Kaki Bukit Keliloo, Paga

Maumere, Ekorantt.com – Menikmati Bakso milik Petrus Beto (47) di kaki bukit Keliloo, Desa Paga, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka sungguh menyenangkan hati.

Pasalnya, sambil menikmati semangkok bakso di tempat sederhana, mata Anda akan disuguhkan dengan manjanya gulungan ombak yang menghempas tebing batu karang.

Selain itu pecahan busa dan buih putih gelombang memanjakan mata untuk lama berkedip.

Usai menikmati keindahan pesona laut dan menikmati semangkok bakso, Ekora NTT menggali informasi dari Petrus, warga Wolowiro yang menggeluti usaha jual bakso ini.

Ayah tiga orang anak ini berkisah, setelah 15 tahun merantau di Kalimantan Timur dan bekerja di kebun kelapa sawit, ia pulang kampung pada 2021 lalu.

“Saya tidak punya tanah untuk berkebun lagi pula keterampilan lain saya tidak miliki akhirnya saya memutuskan untuk jual bakso,” kisah Petrus kepada Ekora NTT kala berbincang di kaki Bukit Keliloo-Paga, Jumat (07/10/2022).

Petrus berkisah tentang awal merintis usaha yang juga bukan tanpa masalah. Pasalnya, setiap pukul 03.00 dini hari, ia sudah harus ke kota Maumere dengan jarak tempuh 43 kilo meter untuk membeli daging sapi sekaligus menggilingnya.

“Setelah giling daging saya kembali lagi ke Paga untuk mengolahnya dan setelah semua siap pukul 9.00 pagi mulai mangkal di kaki Bukit Keliloo bersama teman lain yang buka warung makan dan kopi dalam skala kecil,” jelas Petrus.

Modal awal usaha bakso ini, kata Petrus, sebesar Rp 1,5 Juta untuk pembuatan gerobak bakso dan pembelian dandang dan perabot lainnya. Uang pembelian ini dari hasil kerja di Sangata, Kalimantan Timur.

Ia bilang, dirinya bisa menjual bakso berkat belajar dari YouTube karena tidak punya keahlian khusus.

Sementara bakso dagangannya, tambahnya, dibanderol dengan harga Rp10 ribu per mangkuk.

“Orang yang bepergian dari Ende – Maumere dengan motor selalu singgah di Keliloo. Sambil menikmati bakso di depan mata akan disuguhkan oleh view yang menarik dari gulungan ombak Pantai Paga,” tambahnya.

Ketika disinggung tentang penghasilan jual bakso setiap hari, Petrus hanya menyampaikan satu kata saja dan itu adalah ‘lumayan’.

“Selain untuk kebutuhan hidup sehari-hari uang hasil jualan bakso dimanfaatkan pula untuk membiayai uang kuliah anak kedua yang sementara berada di semester V Unipa Indonesia Maumere,” ungkapnya.

Petrus bilang, usaha jual bakso akan terus digelutinya hingga hari tua karena tidak ada pilihan lain.

Sementara penikmat Bakso buatan Petrus, Alexius ( 52) warga Bu Utara, Kecamatan Tanawawo yang sempat ditemui Ekora NTT usai makan mengatakan, di Bu Utara tidak ada yang jual bakso.

“Daripada makan bakso harus ke Maumere dan jauh lebih baik saya bisa ke Keliloo jarak tempuh dekat dan tidak banyak mengeluarkan uang. Bakso walau diracik warga setempat namun enak,” katanya memuji.

Sedangkan Mery, peserta didik SMPK Alvares Paga mengatakan kalau ada uang dan ingin makan bakso selalu datang ke Keliloo.

“Walaupun pengelola bakso warga setempat tapi enak dan tidak kalah dengan bakso yang ada di Maumere,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA