40 Tahun Yayasan Karya Murni Ruteng, Dorong Pendidikan Inklusif

Ia menutup dengan menegaskan semangat dasar Kongregasi Suster St. Yosef yang menaungi Karya Murni: Imago Dei, bahwa setiap manusia adalah citra Allah.

Ruteng, Ekorantt.com – Yayasan Karya Murni memasuki usia ke-40 tahun kiprahnya di wilayah Keuskupan Ruteng, Nusa Tenggara Timur.

Menyambut momentum pancawindu tersebut, lembaga yang berbasis di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai ini menggelar rangkaian kegiatan yang melibatkan masyarakat luas, mulai dari bazar UMKM, lomba paduan suara, lomba mewarnai anak, hingga seminar tentang kesehatan mental remaja.

“Kegiatan ini kami buat untuk semakin mengenalkan SLB Karya Murni kepada masyarakat dan membangun kepedulian terhadap anak-anak disabilitas,” kata Sekretaris Pengurus Yayasan SLB Karya Murni Ruteng, Suster Christine Pasaribu, KSSY, Senin, 2 Juni 2025.

Bazar UMKM dibuka sejak 2 Juni dan melibatkan para pelaku usaha mikro kecil menengah di Ruteng. Adapun lomba paduan suara diadakan pada 3 Juni dan mengikutsertakan sejumlah sekolah dasar, sementara lomba mewarnai diperuntukkan bagi anak-anak usia dini.

Salah satu agenda utama dalam rangkaian perayaan ini adalah seminar tentang kesehatan mental yang akan digelar pada 16 Juni mendatang.

Menurut Suster Christine, seminar itu muncul dari keprihatinan terhadap banyaknya persoalan yang dihadapi remaja saat ini.

“Remaja rentan mengalami tekanan sosial dan emosional. Maka, kami ingin memberi ruang diskusi dan edukasi,” ujarnya.

Ketua panitia kegiatan, Elias Dagung menambahkan, sejak berdiri pada 18 Juli 1985, Yayasan Karya Murni berkomitmen mendampingi dan memberdayakan kelompok disabilitas di wilayah Keuskupan Ruteng.

Ia berharap perayaan 40 tahun ini menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara difabel dan masyarakat umum.

“Kegiatan bazar, pasar murah, dan lomba ini menjadi wadah bagi para pelaku UMKM sekaligus ruang afirmasi bagi anak-anak difabel untuk lebih percaya diri dalam menunjukkan kemampuan dan karya mereka,” kata Elias.

Ia menekankan pentingnya dukungan masyarakat dan gereja agar perhatian terhadap penyandang disabilitas tak hanya bersifat seremonial.

“Harus hadir juga dalam pelayanan konkret, termasuk di paroki-paroki melalui Pastoral Sosial Orang Berkebutuhan Khusus,” ujarnya.

Dorong Pendidikan Inklusif

Lebih jauh, Suster Christine mendorong implementasi pendidikan inklusif di sekolah-sekolah umum.

Menurutnya, anak-anak disabilitas perlu diterima di semua lembaga pendidikan tanpa diskriminasi.

“Pendidikan inklusif itu sangat penting, dan butuh penguatan kapasitas bagi guru-guru agar mereka siap mendampingi semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus,” katanya.

Ia menutup dengan menegaskan semangat dasar Kongregasi Suster St. Yosef yang menaungi Karya Murni: Imago Dei, bahwa setiap manusia adalah citra Allah.

“Karena itu, kita wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat teman-teman disabilitas, setara dengan yang non-difabel,” ujar dia.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA