Pengungsi Erupsi Lewotobi Asal Desa Hokeng Jaya Swadaya Lakukan Penataan di Huntara

Para pengungsi, kata Budi, rela mengeluarkan uang pribadi untuk membeli semen demi melakukan penataan lebih lanjut.

Larantuka, Ekorantt.com – Pengungsi erupsi Gunung Lewotobi laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) secara mandiri menata wilayah tempat tinggalnya masing-masing di lokasi Hunian Sementara (Huntara) yang berada di Desa Konga, Kecamatan Titehena.

Mereka menggunakan peralatan seadanya, memanfaatkan bebatuan, dan kayu sisa bangunan yang disusun menyerupai trap untuk menahan timbunan tanah sisa urukan alat berat.

Krensensius Budi Ladjar, warga asal Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, mengatakan penataan dilakukan mengingat topografi lokasi Huntara III berada di wilayah perbukitan.

“Tanahnya tidak rata. Jadi, setiap hari kita pelan-pelan bersihkan dan kasih rapi,” kata Budi kepada Ekora NTT pada Minggu, 12 Oktober 2025 di Huntara III Desa Konga.

Para pengungsi, kata Budi, rela mengeluarkan uang pribadi untuk membeli semen demi melakukan penataan lebih lanjut.

“Pemerintah hanya buat saluran air di depan ini saja. Sedangkan, saluran air antar kopel tidak dibuat. Mereka bilang, itu tanggung jawab kita sendiri. Jadi, mau bagaimana, kita beli semen sendiri dan buat saluran air,” ujar Budi.

Pada Minggu, 12 Oktober 2025 sore, selain merapikan urukan tanah, para pengungsi sibuk membangun dapur dan teras Huntara mereka masing-masing. “Biaya sendiri. Untuk perbaiki dapur dan teras rumah, habis bisa sampai satu juta.”

Kepala Desa Hokeng Jaya, Gabriel Bala Namang mengatakan, warganya sudah mulai menempati Huntara III yang baru selesai dibangun. Meski demikian, warga butuh bantuan pemerintah untuk menata lokasi hunian sementara itu mengingat lokasinya berada di wilayah bukit.

Ia mengatakan, pemerintah desa mengeluarkan anggaran untuk meringankan beban masyarakat. Anggaran itu digunakan untuk membeli 250 sak semen yang kemudian dibagikan kepada warga di lokasi Huntara III.

“Tiap-tiap kopel, kita bagikan lima sak semen. Warga secara gotong royong untuk membuat saluran air dan lainnya di wilayah kopel mereka masing-masing,” kata Gabriel sembari menambahkan, warga tetap membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah, karena dana desa tidak cukup.

“Kita tidak tahu berapa lama tinggal di Huntara. Bisa dua hingga tiga tahun ke depan. Musim hujan juga sudah dekat. Warga tidak butuh bantuan yang muluk-muluk. Kita butuh semen saja. Pemerintah beli semen dan warga kita sendiri yang kerja sesuai wilayah kopel mereka masing-masing,” ujarnya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img