Ruteng, Ekorantt.com – Ketua Yayasan Santu Paulus Ruteng, Pastor Ledobaldus Roling Mujur mengatakan peran seorang guru tidak bisa digantikan oleh teknologi.
“Banyak profesi hilang karena teknologi, tapi tidak profesi guru. Jiwa hanya bisa disentuh oleh cinta dan itu hanya dimiliki manusia,” kata Pastor Roling saat pengukuhan dan sumpah lulusan PPG GT periode 2 tahun 2025 di Aula GUT Lantai 5 Unika Santu Paulus Ruteng pada Sabtu, 1 November 2025.
Dia berkata, pendidikan nilai dan pembentukan karakter adalah wilayah yang tak dapat dijalankan oleh teknologi.
“Teknologi bisa menghitung, tetapi tidak bisa mengasihi. Hanya guru yang mampu menyentuh hati murid dengan cinta dan perhatian,” kata Pastor Roling.
Ia juga menyinggung pentingnya menjaga relasi manusiawi dalam era yang semakin maya. Baginya, ruang digital itu baik, tapi tidak cukup membuat orang menjadi manusia.
“Kita butuh ruang fisik tempat bertemu, saling sapa, dan membangun cinta kasih yang nyata,” ujarnya.
Ia mengingatkan pentingnya menjaga peran kemanusiaan guru di tengah derasnya arus teknologi.
Pastor Roling mengisahkan tentang anak kecil yang lebih memilih naik lift daripada tangga.
“Kadang guru masih pakai pola lama mau naik tangga. Tapi anak lima tahun sudah dengan pola baru, pakai teknologi. Guru di era digital harus belajar naik lift, bukan hanya tangga,” katanya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Santu Paulus Ruteng, Pastor Yohanes Mariano Dangku, mengatakan, pengukuhan guru profesional tidak hanya menandai kelulusan akademik, melainkan peneguhan panggilan profetik seorang pendidik.
“Profesionalisme memiliki akar yang sama dengan profit. Maka, menjadi guru adalah mengikuti jejak para nabi mengajarkan kebenaran, menuntun murid untuk berkarakter, dan menjadi nyala lilin kecil di tengah zaman yang gelap,” ujarnya.
Profesi guru, kata dia, menuntut pemahaman mendalam terhadap nilai, tujuan, dan praktik pendidikan.
“Kita bukan hanya penyampai informasi, tetapi suara-suara yang membangkitkan semangat dan menyalakan nalar kemanusiaan,” tegas Yohanes.
Menurutnya, di era meta-digital ini, guru dipanggil untuk memadukan inovasi teknologi dengan empati dan kasih. Pendidikan harus menjadi ruang untuk menumbuhkan hati dan bukan sekadar kecerdasan logika.
Ia mengutip gagasan Paus Leo XIV tentang pentingnya membangun sistem pendidikan yang berakar pada nilai kemanusiaan.
“Sekolah adalah keluarga kedua bagi murid. Di sana mereka seharusnya merasa aman, diterima, dan dicintai,” tuturnya.
Dia memperkenalkan istilah Schola Alter Familia (Bahasa Latin) yang berarti sekolah sebagai keluarga lain bagi murid-murid.
“Hadirlah sebagai ayah dan ibu bagi peserta didik, dan sebagai saudara bagi rekan kerja. Pendidikan sejati tumbuh dari cinta dan kebersamaan,” tegasnya.
Lulusan PPG kali ini berjumlah 1.075 orang, dengan rincian Bidang Studi PGSD 786 orang, Bidang studi Pendidikan Bahasa Inggris 160 orang, dan Bidang Studi Pendidikan Matematika berjumlah 129 orang.













