Ruteng, Ekorantt.com – Jaringan kolaboratif Lingko Lodok memulai rapat perdananya dengan memperkenalkan program dan arah kerja kepada mitra strategis di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Pertemuan ini berlangsung di Aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Murni Ruteng, Senin, 3 November 2025.
Lingko Lodok merupakan akronim dari Lingkaran Koordinasi dan Lobby Disabilitas untuk Optimalisasi Kemandirian, yang beranggotakan Yayasan Karya Murni Ruteng, Ayo Indonesia, dan Persatuan Tunanetra Indonesia Cabang Manggarai. Jaringan ini menjadi tindak lanjut dari program Building Effective Network (BEN) yang diluncurkan secara nasional pada September 2025.
Ketua panitia kegiatan, Sabinus Ngadu mengatakan, forum ini bertujuan memfasilitasi pertukaran informasi dan pemahaman bersama mengenai konteks, tantangan, dan peluang setiap lembaga dalam memperkuat inklusi anak dan remaja dengan disabilitas.
“Dengan begitu maka akan membangun komitmen bersama menuju tata kelola jaringan yang inklusif, transparan, dan berkelanjutan di Kabupaten Manggarai,” ujarnya.
Sabinus menjelaskan, melalui kegiatan ini peserta diharapkan memahami secara jelas kerangka kerja BEN Lingko Lodok dan struktur tata kelola yang akan dibangun.
Ia menambahkan, forum tersebut juga menjadi ruang untuk menyepakati mekanisme koordinasi, peran, serta tanggung jawab organisasi lokal dan pemangku kepentingan.
“Selain itu juga menyepakati peran, mekanisme koordinasi, rencana baseline project BEN di Manggarai,” ucapnya.
Ia menegaskan, kegiatan ini diharapkan menghasilkan rencana tindak lanjut jangka pendek sebagai dasar pelaksanaan fase transisi serta mengidentifikasi peran spesifik setiap lembaga yang bergerak di isu disabilitas.
Ketua Pengurus BEN Lingko Lodok, Suster Christine Pasaribu berharap forum ini dapat menjadi wadah belajar bersama dan diaplikasikan di lingkungan kerja masing-masing.
“Ruangan dan jiwa bermasyarakat agar terwujudnya cita-cita bersama yaitu Manggarai yang inklusif,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bappelitbangda Kabupaten Manggarai, Livens Turuk menekankan pentingnya sinergi antarpihak agar kerja sama dalam program inklusi disabilitas tidak berjalan sendiri-sendiri.
“Pemerintah juga memfokuskan bagaimana anak-anak disabilitas dilibatkan karena mereka punya potensi yang sangat luar biasa,” tegasnya.
Livens menambahkan, perencanaan dan program yang inklusif terhadap penyandang disabilitas bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga investasi sosial untuk membangun generasi muda Manggarai yang mandiri, produktif, dan setara.
“Dengan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat dan organisasi disabilitas, Kabupaten Manggarai dapat mewujudkan pembangunan yang benar-benar inklusif dan berkeadilan sosial,” tutur Livens.
Pertemuan tersebut turut dihadiri berbagai lembaga dan komunitas, antara lain Keuskupan Ruteng, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah, guru sekolah inklusif, Kopdit Ayo Mandiri, Unika Santu Paulus Ruteng, Forum Orangtua Anak Disabilitas Pelita Keluarga, perwakilan remaja disabilitas, Pusat Rehabilitasi Santu Damian Cancar, Pusat Rehabilitasi Jiwa Renceng Mose, tokoh agama dari Gereja Kristen Indonesia, Komunitas Tuli Manggarai, Bank NTT, Bank BRI, serta perwakilan kepala desa.


                                    










